Usiamu mendekati senja Ayah
Namun engkau tak pernah lelah menelan pahit kehidupan
Senantiasa mengukir hari dengan sumringah khasmu
Tapi ku tahu, segunung beban terpaku di pundakmu
Lihatlah, tanganmu lebam Ibu
Mengerut menghitam terkena mentari
Tetap saja menghiburku dengan semangatmu
Tapi ku tahu, kini mimpi indah terlewatkan olehmu
Sembari melukis asa dalam risalah yang tak pasti
Kuingin kalian sadari
Ada tangan yang kini tak mungil lagi
Menyuguhi kebahagiaan dengan hati
Terima kasih…
Aku mulai mengerti
Tak ada pamrih
Untuk yang terkasih
Kupanjatkan doa kepada Sang Perajut Takdir
Semoga kalian merasakan nikmat surgawi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H