Lihat ke Halaman Asli

Ramadan Hampir Usai, Amalmu Jangan!

Diperbarui: 12 Mei 2021   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Tidak terasa, Ramadan hampir mendekati penghujung. Bedanya, sudah dua tahun kita mengalami episode Ramadan tanpa hiruk-pikuk suasana mudik yang biasanya disiarkan di stasiun televisi. Berjumpa dengan sanak keluarga terpaksa harus ditunda sebab pandemi yang belum berakhir. Suasana yang tidak dapat diduga, tapi pada akhirnya terjadi jua. 

Namun, kita tidak berhenti hanya ingin membicarakan mudik, pakaian baru, atau kue-kue kering yang mulai ditata di meja tamu. Ada hal penting yang ingin digarisbawahi di sini : AMALAN. Selama Ramadan ini, pastinya banyak amalan yang kita kerjakan mengingat pahala yang diberikan berkali lipatnya. Sebelas bulan bergelut dengan aktivitas dunia, Ramadan menjadi momen yang tepat untuk lebih fokus pada amal ibadah yang sebelumnya tak bisa dikerjakan dengan leluasa.

Kita dapati banyak konten yang menyajikan tabel khatam al-Quran, toko yang menjual jurnal harian Ramadan, kiat sukses Ramadan pun tak kelewatan. Betapa Ramadan menjadi peristiwa yang bukan hanya sebatas puasa lalu berlebaran, tapi juga kesempatan untuk memperbaiki kualitas amal. Terlebih ketika menjejaki sepuluh hari terakhir, kita rela mengurangi jam tidur kita untuk lebih memperbanyak sekaligus memperindah amalan. Tidak hanya sekedar amal ibadah yang bentuknya ritual, tapi banyak bentuk. Ada majelis ilmu yang disiarkan lewat kanal Youtube atau link tertentu, kelas pengembangan diri, juga sekolah/kuliah.

Mendekati akhir bulan ini bukan berarti hanya sebatas mengekspresikannya dengan penuh kegembiraan sebab sudah tak perlu lelah menahan lapar dan haus lagi, namun ini pertanda satu nikmat itu sedang diambil kembali dari-Nya. Ramadan bisa terus datang setiap tahun, tapi jiwa kita tidak. Mengoreksi dan menumbuhkan rasa khawatir akan amalan ibadah yang sudah dilakukan perlu menjadi prinsip sekaligus kebiasaan untuk kita. Sebab diri tak bisa memastikan apakah amal ibadah ini sudah sempurna dilakukan.

Di samping itu, usainya Ramadan bukan berarti amal yang sudah dirutinkan satu bulan kemarin ikut usai. Justru tantangan barunya terletak setelah ini. Ada konsistensi yang harus terus dipupuk bukan hanya sebatas formalitas. Caranya, perbanyak dulu 'strong why' atas amalan yang sudah dilakukan. Selain itu, carilah circle yang tepat untuk mendukung konsistensi amal kita. Jangan berhenti berproses, kita tak pernah tahu sampai kapan akan terus bertahan.

Tapi yang utama, libatkan Dia terlebih dulu sebelum apapun. Agar Ramadan tak menjadi momen beramal tapi bulan selainnya tidak.

Yuk, catch your level up!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline