Lihat ke Halaman Asli

Keabu-abuan Suatu Politik

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1362809335836262476

Oleh : Fitria Helmanila

Politik, banyak orang mengatakan politik adalah sebuah strategi untuk mencapai suatu tujuan. Menurut wikipedia, dan website-website pintar. Politik dapat diartikan suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Menurut Aristoteles, politik merupakan usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Rumit sekali untuk berkecimpung di dunia politik, dan mengartikan konsep politik. Dalam arti negara, politik diartikan sebagai proses untuk mewujudkan negara yang lebih baik. Dalam arti organisasi atau partai, politik sebagai proses untuk mewujudkan organisasi yang lebih baik. Dalam arti sempit dan mengarah kepada individu, politik sebagai proses untuk mewujudkan individu yang lebih baik. Paradigma lebih baik tergantung dari orang lain yang memandangnya. Jika orang yang satu dengan individu yang lain memiliki kepentingan yang sama yang menguntungkan mereka ke arah yang lebih baik, mereka membuat politik untuk mewujudkan kepentingan tersebut. Menurut mereka kepentingannya baik untuk dirinya, tetapi tidak untuk orang lain. Berbicara politik, seperti kita mempersoalkan warna abu-abu. Warna abu-abu merupakan gabungan antara warna putih dan warna hitam. Politik itu tidak pasti. Politik itu samar-samar, politik itu bukan istilah satu ditambah satu sama dengan dua. Di dalam politik, istilah satu ditambah satu tidak melulu harus dua, tetapi bisa tiga atau bahkan sepuluh. Sekarang lawan bisa menjadi kawan. Besok, kawan bisa menjadi lawan. Tergantung pada kebutuhan kepentingan di masa sekarang atau kepentingan di masa yang akan datang.

13628094311265290921

Dalam perspektif suatu sistem, atau yang disebut dengan sistem politik. Drs. Sukarno menjelaskan bahwa sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara. Sistem merupakan kumpulan atau gabungan dari elemen-elemen yang mempunyai tujuan dan fungsi yang sama. Elemen-elemen di dalam suatu sistem politik adalah partai politik, pendapat politik, dan prinsip-prinsip politik. Partai politik merupakan bagian kecil dari suatu sistem politik. Dari sistem politik itulah muncul pendapat-pendapat dan prinsip-prinsip, pendapat-pendapat tersebut terkadang muncul perbedaan. Perbedaan tersebut yang menggoncangkan suatu sistem, yang mana bisa dikatakan suatu sistem politik. Perbedaan tersebut dapat memicu terbelah duanya suatu partai politik. Dari sinilah, muncul berbagai macam partai politik di Indonesia. Dari pemilihan umum 1971 yang diikuti oleh 10 partai politik, telah melahirkan 38 partai politik di Indonesia pada pemilu terakhir 2009. 38 partai politik tersebut memiliki visi misi, pendapat, prinsip, dan karakter yang berbeda-beda. Entah kepentingan yang baik atau buruk, partai tersebut memiliki strategi politik yang berbeda-beda pula untuk mencapai kekuasaan pemerintahan. Dari mulai pencitraan-pencitraan, bahkan sekarang media telah dikuasai oleh politisi. Media tidak lagi menampilkan apa yang sebenar-benarnya harus ditampilkan, tetapi media menampilkan apa yang ingin ditampilkan oleh media tersebut. Tergantung siapa dibalik yang mendukung berdirinya si media itu. Masyarakat harus lebih pintar untuk menseleksi berita yang ditampilkan media agar tidak di setir oleh media. Mayarakat harus lebih pintar agar tidak terprovokasi dan terjun kedalam kalimat-kalimat politik kaum politisi.

13628094811503915586

Kalimat-kalimat politik, jika dirangkaikan kedalam suatu buku, sangat indah dan manis. Seperti kasus yang membelenggu ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. Anas Urbaningrum memberikan suatu pernyataan untuk mengcover nama baiknya dalam kasus hambalang. Pernyataannya, ”Satu rupiah saja Anas korupsi Hambalang, gantung Anas di Monas”. Tetapi pada kenyataannya kita telah mengetahui bahwa si Anas tidak akan bisa digantung di Monas, karena mas Anas sendiri mencatut uang rakyat, melebihi satu rupiah. Padahal di statementnya dia, dia akan digantung, jika ia mencatut satu rupiah saja. Hahahaha!. Kalimat-kalimat politik memang manis adanya. Janji-janji yang dilontar para calon legislatif yang ingin merebut kekuasaan juga terkadang manis di depan, dan setelah kekuasaan di dapat, janji manis itu hilang bersama idealismenya. Terkadang politik menutup-nutupi yang harus diketahui, dan membuka yang seharusnya ditutupi. Jika kita berbicara sejarah, membaca buku sejarah, mencari sumber-sumber sejarah. Banyak sekali sejarah-sejarah masa lalu yang ditutup-tutupi untuk kepentingan suatu kaum. Untuk mencari sejarah masa lalu yang benar adanya, kita tidak bisa hanya membaca satu sumber, tetapi harus membaca sumber lain, dan menganalisa kebenarannya. Itulah politik, untuk mengungkap sejarah pun harus dengan politik, kenapa Yogyakarta adalah satu-satunya kota yang tidak dijajah oleh Belanda?, kenapa Belanda hanya mengizinkan kaum ningrat untuk menimba ilmu?, kenapa dahulu kaum pribumi tidak bisa mencapai nilai 9? Kenapa nilai diatas 6 hanya untuk orang Belanda?, sudah tak ayal, dari sebelum kita merdeka, sampai kita memperoleh kemerdekaan. Sebenarnya kita telah belajar politik dari negara yang menjajah kita. Politik… politik… sungguh manis jika dilihat. Sungguh rumit jika didalami. Sejarah pun dibuat politik, padahal pribumi membutuhkan cerita masa lalu pejuangnya, kita lahir dari masa lalu, kita ada dari masa lalu, kita dewasa pun karena masa lalu, masa lalu mendewasakan kita. Namun terhambat oleh yang namanya politik. Oke sekian tulisan saya hari ini, jika ada kesalahan, senang rasanya bisa dikoreksi, selamat siang menjelang sore guys! 

:D

Source : http://helmanilaadi.wordpress.com/ http://helmanilaadi.wordpress.com/2013/03/06/keabu-abuan-suatu-politik/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline