Lihat ke Halaman Asli

Fitria Difa Nuzula

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kontribusi IQ, EQ, dan SQ dalam Pemaksimalan Psikologi Pendidikan

Diperbarui: 6 November 2024   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. IQ (Intelligence Quotient)

            IQ merupakan ukuran dari kecerdasan intelektual seseorang, istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli psikologi bernama William Stern pada 1912 dan kemudian digunakan secara resmi oleh ahli psikologi Lewis Madison di Universitas Stanford Amerika pada 1916. Seseorang yang memiliki IQ tinggi cenderung mampu untuk berfikir positif, logis, dan empiris. Faktor yang dapat mempengaruhi IQ seseorang dapat dari faktor genetika atau keturunan yang diturunkan dari orang tua ke anak. Namun IQ bukan hanya dipengaruhi dari faktor genetic saja melainkan juga dipengaruhi oleh lingkungan di mana seorang anak dapat tumbuh dan berkembang. Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan yang kaya rangsangan intelektual seperti adanya akses mendapatkan kemudahan pendidikan yang baik serta dukungan keluarga yang positif cenderung memiliki IQ yang lebih tinggi. Selain itu faktor nutrisi juga berperan penting dalam perkembangan orak seorang anak, dimana jika kekurangan gizi pada masa anak-anak maka akan dapat mempengaruhi kemampuan kognitif mereka di kemudian hari.

2. EQ (Emotional Quotient)

            EQ mengacu pada kecerdasan emosional seseorang yang melibatkan kemampuan seseorang mampu mengelola emosi, berinteraksi dengan orang lain, dan mampu berpikir rasional dalam situasi emosional. EQ sangat membantu seseorang dalam mengatasi berbagai tantangan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Faktor utama yang dapat mempengaruhi perkembangan EQ seseorang adalah lingkungan keluarga, pola asuh, dan pengalaman sosial. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung perkembaganemosi, di mana mereka diberi kesempatan untuk dapat mengekspresikan perasaan mereka dan diajari untuk mengelola emosi sehingga seseorang akan memiliki EQ yang lebih tinggi. Namun, sebaliknya jika seorang anak mengalami trauma emosional atau anak tersebut tumbuh di lingkungan yang tidak mendukung seperti kurangnya perhatian dari keluarga atau orang tua ataupun lingkungan yang penuh tekanan, maka akan menimbulkan kecerdasan emosional yang rendah. Pendidikan emosional penting untuk diajarkan sejak anak usia dini, di mana anak diajarkan tentang cara empati, keterampilan sosial, dan cara mengatasi stress.

3. SQ (Spiritual Quotient)

            SQ membantu individu dalam menjawab pertanyaan mendasar mengenai makna kehidupan, bagaimana hubungannya dengan sesama manusia, dan kesadaran akan peran spiritual dalam kehidupan. SQ tidak hanya terkait mengenai aspek agama, namun kesadaran sebagai makhluk yang memiliki tugas dan kewajiban dalam menjalani kehidupan dan mendorong seorang individu agar lebih berpikir positif terhadap nilai spiritual dan mencari hikmah dalam setiap aspek kehidupan yang dijalaninya. SQ pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan keluarga, budaya, dan pengalaman hidup seseorang. Faktor agama dan kepercayaan sering dijadikan sebagai pondasi dalam perkembangan SQ di mana individu memiliki pemahaman spiritual yang kuat dan reflektif serta memiliki pandangan hidup yang mendalam. Selain itu, pengalaman hidup yang menantang seperti adanya perasaan kehilangan atau penderitaan sering menjadi suatu pengalaman di mana seseorang mulai mempertanyakan makna dari hidup dan mencari keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar darinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline