Lihat ke Halaman Asli

Fitria ulfa

Berjuang awal dari kemenangan

Dermaga Utara

Diperbarui: 5 Januari 2021   03:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seruan burung setinggi tombak, dedaunan pun melambai ayu bak menyapa datangnya waktu, aku Fitria yang tinggal di selatan sebrang dengan 3 bersaudara dan aku hanya wanita seorang
Setiap hari aku murung dikamar tidak ada kegiatan yang membuatku terhibur, sampai orang tuaku berkata "kerajaanmu tidur terus nak..! Apa tidak ada kerjaan lain selain tidur ?, Coba keluar sana main atau apa gitu..!". Aku Hanya diam sambil mengangguk - angguk kepala.

Suatu ketika aku hendak keluar rumah persis seperti yang orangtuaku katakan tapi, aku bingung mau kemana langkah ini yang akan dituju, temanku sudah banyak merantau tak ada tempat yang bisa membuatku happy " ah...! Membosankan " kataku sambil mengangkat kedua alis. Satu desa sudah dilewati tapi tetap saja tidak ada hiburan mau pulang pasti orang tuaku berkata " kok cuma sebentar..! Mau tidur lagi ?. Bosan rasanya mendengarkan kata - kata itu lagi.

Hari mulai meninggi sampailah disuatu tempat yang menurut saya itu dermaga tempat perahu - perahu gitu hehehe... sok tahu aku ya.. dan katanya disebrang sana ada desa, " masak disitu ada kehidupan ( desa )" ucapku dalam hati. Ingin rasanya menyebrangi dan pergi kedesa itu tapi, aku takut dan tak ada satupun yang aku kenal, tak lama kemudian datanglah pemuda berkulit sawu yang mau pergi kedesa itu, lalu dia menghampiriku dan berkata " mau kemana?" Tanyanya halus. " ini cuma mau lihat - lihat soalnya baru pertama kali kesini" jawabku . " Ayo kalau mau ikut saya, jangan khawatir nanti saya antar pulang kok" pemuda itu mengahakku, tapi aku takut tapi, rasa penasaranku membara lalu aku mengiyakan ajakan pemuda itu.

Sesampainya disebrang aku melihat keindahan yang takpernah aku lihat, "heh...! Kok ngelamun" sontak aku kaget "oiya maaf" jawabku seperti orang dibawah sadar. "Gimana mau ikut jalan - jalan mengelilingi desa SORO'AN ?". Ohh nama desanya SORO'AN baru tahu, lalu aku mengangguk, seharian penuh mengelilingi desa bersama pemuda itu kemudian aku pulang kerumah karna sudah sore, pemuda itu mengantarkanku kepelabuhan sebelum saya pergi aku lupa bertanya siapa namanya ". Oiya siapa namamu ?" Tanyaku malu. "Saya Hambal, senang berkenalan denganmu" jawabnya lembut, lalu aku pamit pulang karna takut dicari orang tuaku.

Satu hari berlalu aku terus memikirkan pemuda itu dia baik dan ramah "eh..! Kok malah kepikiran pemuda itu" tapi, apa aku bisa bertemu dia lagi ?, Semoga saja suatu saat bisa bertemu lagi.

Sempat terlintas dibenakku apa aku sudah bisa merasakan jatuh cinta setelah sekian lama menyendiri, pemuda itu membuat berubah, berubah dari kebiasaanku yang kerjaannya tidur dan saat ini jadwal tidurku disita oleh lamunan wajahmu, oh tuhan jika aku pinta tolong pertemukanlah aku dengan pemuda itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline