Lihat ke Halaman Asli

Ramai-ramai Kembali ke KTSP

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Daerah Isitmewa Yogyakarta. Setelah awal Januari kemarin hampir semua sepakat untuk tetap menggunakan K-13, akhirnya akhir Januari diputuskan untuk kembali ke KTSP (bagi sekolah yang baru melaksanakan K-13 selama 1 semester). Ada beberapa sekolah yang sudah kembali pada minggu terakhir Januari (meskipun untuk jadwal pelajarannya masih menggunakan jadwal sebelumnya), namun ada juga sekolah yang baru menerapkan di awal Februari 2015.

Dampak yang ditimbulkan dari perubahan kurikulum ini cukup banyak antara lain :

1.Bagian kurikulum sekolah bekerja ekstra untuk membuat perubahan jadwal, yang bukan hanya berubah komposisi mata pelajarannya, namun juga jumlah jam yang juga berubah.

2.Untuk sekolah tertentu seperti SMK ada mata pelajaran yang sebelumnya ada menjadi tidak ada ataupun sebaliknya. Hal ini berpengaruh terhadap mata pelajaran yang diampu oleh guru yang bersangkutan. Sebagai contoh saja di K-13 SMK ada mata pelajaran Sejarah Indonesia, tapi ketika kembali ke KTSP mata pelajaran tersebut tidak ada, alhasil guru sejarah Indonesia ‘dipaksa’ mengampu mata pelajaran lain misalnya IPS.

3.Banyak guru yang jumlah jamnya menjadi berkurang. Bagi guru GTT ini sangat berpengaruh terhadap honor atau penghasilan. Sebagai contoh mata pelajaran agama yang di K-13 ada 3 jam, di KTSP hanya 2 jam. Hal ini juga sama dengan mata pelajaran Penjasorkes.

4.Kembalinya KTSP merupakan kabar gembira bagi banyak guru. Beberapa guru yang mata pelajarannya hilang di K-13 dapat kembali mengajar, misalnya untuk mata pelajaran TIK/KKPI, IPA SMK, K3LH SMK, Kewirausahaan, dll. Kabar gembira juga untuk semua guru yang dipusingkan oleh system penilaian K-13. Bagi guru yang sudah bersertifikasi, perubahan jumlah jam ini juga pasti akan sangat berpengaruh.

5.Bagi siswa, kembalinya ke KTSP membuat mereka pulang lebih awal karena jumlah jam keseluruhan KTSP hanya 40 jam per minggunya.

6.Kerancuan dan kekacauan isi materi pelajaran yang diberikan ke siswa karena komposisi materi K-13 berbeda dengan KTSP, jadi ada materi pelajaran yang seharusnya baru diberikan di tingkat atasnya sudah diberikan di tingkat bawah, ada juga beberapa materi pelajaran yang overlap dan terbalik susunannya, seharusnya diberikan di semester genap tapi sudah diberikan di semester ganjil. Siswa harus beradaptasi dengan perubahan susunan materi pelajaran.

7.Karena keterbatasan buku-buku penunjang KTSP, di awal perubahan, siswa dan beberapa guru masih menggunakan buku-buku K-13. Sambil mencari buku penunjutan KTSP. Jadilah K-13 rasa KTSP.

Meskipun masih dalam tahap pembenahan, harapan kita ke depan, kurikulum yang akan diberlakukan di semua sekolah akan memberikan banyak perubahan ke arah yang lebih baik. Tidak ada pihak yang merasa dirugikan (baik guru maupun siswa) dan semua bisa menjalani proses perubahan tersebut dengan penuh tanggung jawab. Tentunya hal ini akan bisa tercapai jika kurikulum yang akan diterapkan telah benar-benar teruji kelayakannya dan telah disosialisasikan dengan baik. Pemberian fasilitas yang mendukung berlakunya kurikulum tersebut di sekolah juga harus dipertimbangkan olah pihak pembuat kebijakan karena berlakunya kurikulum dengan baik sangat ditunjang oleh fasilitas yang mendukung.

Salam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline