Analisis wacana kritis merupakan suatu cara dalam memahami dan mendalami sebuah wacana berdasarkan sisi positif dan negatif sebuah wacana. Dalam memahami sebuah wacana, diperlukan adanya proses analisis untuk mengetahui mengenai kebenaran dalam sebuah wacana. Selain itu, melalui analisis wacana kritis, seorang pembaca dapat mendalami wacana tersebut sekaligus memberikan pengaruh terhadap proses berpikir dan bertindak seseorang. Hal ini karena perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan lingkungan sekitarnya. Semakin baik proses analisis wacana kritis seseorang, semakin baik pula cara berpikirnya.
Sastra dapat diartikan sebagai sebuah karya yang indah, diciptakan bisa berdasarkan pengalaman, imajinasi, khayalan, pendapat, dan pemikiran atau gagasan seseorang. Kehadiran sebuah karya sastra, khususnya prosa tidak berdasarkan kekosongan budaya, selalu ada 'sejarah' di belakangnya yang memengaruhi hasil cipta penulis. Hal ini pada akhirnya akan membuat suatu karya sastra itu 'istimewa' karena tanpa disadari akan bersentuhan dengan kehidupan penulis dan para pembacanya. Pada akhirnya, sebuah karya sastra yang baik akan dapat menggunggah cita dan rasa dari para pembacanya.
Pada zaman teknologi saat ini, generasi muda cenderung lebih memilih bermain game dibandingkan membaca. Aplikasi-aplikasi game menarik lebih banyak pengguna dibandingkan dengan aplikasi membaca. Sedangkan dalam pembelajaran di sekolah, praktik membaca dan menulis juga kurang menjadi perhatian karena fokus utama guru adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tes dalam memenuhi standar dan tujuan pembelajaran di kelas. Padahal, kemampuan sastra seseorang dapat memberikan pengaruh terhadap cara berpikir dan berperilaku manusia. Sebagaimana pernyataan Aristoteles, bahwa satu di antara fungsi sastra adalah sebagai media katarsis atau pembersih jiwa bagi penulis maupun pembacanya.
Penikmat sastra cenderung memiliki perasaan yang lebih sensitif dibanding dengan orang yang tidak pernah membaca karya sastra. Ketika seseorang membaca karya sastra, nilai-nilai karakter yang berasal dari karya sastra akan tertanam di dalam dalam bawah sadar pembaca. Nilai-nilai karakter yang tertanam di alam bawah sadar bisa menjadi kekuatan niai rujukan dalam berperilaku sehari-hari yang lebih baik (Wulandari, 2015:71). Hal ini disebabkan saat seseorang membaca karya sastra, proses analisis wacana kritis terjadi secara otomatis dan menghasilkan pemahaman yang lebih baik bagi pembaca dan memberikan pengaruh yang baik terhadap karakter pembaca. Oleh sebab itu, pengenalan karya sastra sangat penting untuk menanamkan dan memantapkan karakter generasi muda Indonesia menjadi lebih baik.
Ditulis bersama Bapak Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum. (Dosen PBSI FKIP Universitas Sebelas Maret, Ketua Umum ADOBSI dan Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H