Lihat ke Halaman Asli

Fitri Endah Pratiwi

Mother and Freelancer

Berkemah, Alternatif Wisata Edukasi Keluarga Era Digital

Diperbarui: 21 Agustus 2019   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Anak saya yang pertama berusia 5 tahun sudah tiga kali merasakan camping.  Sedangkan anak saya yang kedua berusia 1.5 tahun sudah sekali merasakan glamping pada usia enam bulan dan sekali camping tenda. Waktu hamil anak kedua saya juga tetap camping.

Kenapa kami suka camping? Dengan camping melewatkan sore, malam dan pagi di alam terbuka saya dan anak bisa melihat bergantinya matahari terang menjadi senja dan malam gelap yang berhias bulan dan bintang, melihat pepohonan pinus cantik digunung dan suara suara hewan malam membuat kami bisa mengagumi ciptaan Sang Maha Pencipta dengan lebih khusyuk. 

Di sela-sela camping anak-anak biasanya akan bertanya ini suara binatang  apa? bentuk bintang disini mirip ini, bulanya bulat. Ini bisa jadi teachable moment yang bagus untuk belajar soal astronomi. 

Apalagi jika orang tua sudah persiapan "materi"  pengetahuan umum  untuk menjawab soal pertanyaan anak, berkemah bisa jadi momen belajar sekaligus momen kedekatan. 

Menu kedekatan ini bisa disesuaikan dengan usia dan kultur keluarga menurut saya. Tenda sebelah saya pada camping terakhir yang berputra remaja memilih menghabiskan waktu dengan bernyanyi dengan gitar, bermain board game (permainan papan seperti monopoli), dan bercerita antara orang tua dan anak. 

Bicara soal momen kedekatan belakangan juga penting  diperjuangkan ditengah kikisan konstan sosial media dan gadget dalam keluarga yang bisa membuat komunikasi antar anak-orang tua menjadi dangkal. 

Ketika camping  ukuran tenda hanya kecil sering mengharuskan berbagi tenda, tenda satu dan satunya berdekatan , jadi momen kedekatan semakin besar.  Apalagi jika semua sepakat untuk mematikan gadget hasilnya semakin fokus dengan orang-orang terdekat.

Camping juga bisa menjadi alternatif rehat gadget yang semakin lekat dengan kehidupan sekarang.  Camping digunung  sering susah signal dan lebih sulit mendapatkan listrik untuk mengisi batrai gadget sehingga lebih mudah untuk rehat gadget atau puasa sosmed. Momen langka kan saat ini?

Selanjutnya, jika  camping digunung maka kita akan merasakan perubahan suhu yang cukup drastis pada siang dan malam. Malam dini hari biasanya menjadi titik terdingin ketika camping digunung.  

Wah, gak asik dong kedinginan! Siapa bilang dingin itu juga asik... jarang-jarang kita kedinginan sejuk seperti digunung jika kita tinggal di dataran rendah. 

Terkadang  perlu juga melatih diri dan fisik dengan perubahan yang agak ekstrim untuk melatih fisik agar lebih kuat pun begitu pula dengan anak-anak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline