Modal kerja diartikan sebagai konversi sebuah kas perusahaan dalam jangka waktu kurang atau sama dengan setahun dari aktiva lancar yang diinveestasikan perusahaan secara total (Keown. et al., 2017). Berdasarkan pengertian tersebut, modal kerja dapat diartikan dana yang dikelola pada aktiva lancar, yang diperuntukan untuk mendukung biaya hutang lancar. (Brigham & Houston, 2011) mengemukakan bahwa modal kerja terdapat 2 jenis, yaitu gross working capital yang merupakan keseluruhan asset lancar, dan net working capital yang merupakan selisih antara asset lancar dengan hutang lancar.
Penentuan struktur modal suatu perusahaan adalah salah satu kemampuan perusahaan dalam mengendalikan manajemen modal dalam perusahaan tersebut. Kemampuan dalam menentukan model struktur modal yang digunakan dalam perusahaan dapat memberikan dampak positif pada meningkatkan nilai profit atau profitabilitas suatu perusahaan.
Masing-masing perusahaan mempunyai bentuk struktur permodalan yang bermacam-macam. Jumlah total hutang dan total simpanan atau asset yang dimiliki suatu perusahaan dan sangat penting dalam menentukan bagaimana keuangan perusahaan dioperasional adalah definisi daristruktur modal (Shubita et al., 2012). Sebuah perushaan akan bertahan jika memiliki kemampuan dalam menentukan komposisi struktur yang akan digunakan, apakah akan mengggunakan dana hutang sebagai dana terbesar dalam pengembangan perusahaan atau sebaliknya, harta asset atau simpanan sebagai dana terbesar untuk pengembangan perusahaan. Penentuan ini menjadi salah satu faktor penentu keberlangsungan perusahaan (Kothari et al., 2022). Karena hal tersebut mampu mempertahan perusahaan dalam berbagai kondisi. Perusahaan yang cerdas dalam membaca peluang, biasanya menggunakan dana kombinasi, dimana dana hutang dan kekayaan atau simpanan digabung untuk membangun perusahaan (Rahimian, 2016), namun semua pilihan tersebut disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada perusahaan. Kebijakan dalam membentuk struktur modalsuatu perusahaan adalah suatu kecerdasan dalam sebuah pengendalian modal perusahaan, jika kebijakan hutang jangka Panjang yang diambil sebagai keputusan maka tingkat profitabilitas akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya jika menggunakan hutang jangka pendek maka akan mampu meningkatkan profitabilitas (Astuti et al., 2015). Dalam mengukur struktur modal yang berhubungan dengan pendanaan yang berasal internal perusahaan dan sumber eksternal (hutang) perusahaan, maka struktur modal dapat diukur menggunakan rasio leverage, yaitu yaitu Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total aktiva perusahaan dan Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara total hutang (jangka panjang dan jangka pendek) dan modal perusahaan (Paarima et al., 2021).
SIKLUS PDCA (PLAN, DO, CHECCK, ACTION)
Penerapan siklus PDCA (plan, do, check, action) sebagai sarana untuk memastikan kelangsungan perusahaan. Hal ini berguna dalam mewujudkan kebijakan untuk memelihara dan meningkatkan atau meningkatkan standar. Siklus ini merupakan konsep terpenting dari proses kaizen. Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan "Shewhart Cycle". PDCA adalah singkatan dari bahasa Inggris dari plan, do, check, action (plan, work, check, follow-up), adalah proses pemecahan masalah interaktif empat langkah yang biasa digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan sebutan "The Deming Wheel". Cara ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming yang sering dianggap sebagai bapak quality control modern sehingga sering disebut siklus Deming. Deming sendiri selalu menyebut metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart yang sering dianggap sebagai bapak kontrol kualitas statis (Nugroho et al., 2017).
Penjelasan dari setiap siklus PDCA tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan rencana perbaikan (plan) Ini merupakan langkah setelah dilakukan pengujian ide perbaikan masalah. Rencana perbaikan disusun berdasarkan prinsip 5-W (what ,why, who, when dan where) dan 1H (how), yang dibuat secara jelas dan terinci serta menetapkan sasaran dan target yang harus dicapai. Dalam menetapkan sasaran dan target harus dengan memerhatikan prinsip SMART (specific, measurable, attainable,reasonable, dan time).
2. Melaksanakan rencana (do) Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil dan pembagian tugas secara merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dari setiap personil. Selama dalam melaksanakan rencana harus dilakukan pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat dicapai.
3. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (check dan study) Memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Alat atau piranti yang dapat digunakan dalam memeriksa adalah pareto diagram, histogram, dan diagram kontrol.
4. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (action) Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis diatas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur baru guna menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.