Lihat ke Halaman Asli

Celotehku Untuk Sebuah Tanda Tanya...

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Biarlah namamu; tertulis di Lauh Al Mahfudz saja; tak perlu di catatan harianku; Sungguh, hanya karena; aku memang tak tahu; dan tak ingin menebak-nebak; Aku cukupkan dengan mengeja; huruf demi huruf; kata demi kata makna demi makna; dalam ikhtiyar yang sungguh-sungguh. *

Biarlahmengkristal di hati saja, hingga suatu saat waktu kan berpendar untuk sebuah “tanda tanya”, tak usah menerka-nerka dalam labirin hati yang tak kunjung usai, sampai akhirnya kesucian itu kan datang menjemputku di batas waktu.

Memang cinta adalah penyakit nikmat, namun kedatangannya selalu dinanti seseorang dalam sergapan kerinduannya terselip “tanda tanya”, kemana terminal hati ini akan berlabuh.

Untuk orang yang sedang dirudung kekosongan hati, kesendirian adalah keindahan. Tentu saja, setiap sepanjang malamnya, diatas sajadah yang membentang, sedu sedan sendiri dalam mengurai rindu pada sang penggenggam hati, menanti isyarat hati dari sebuah tanda tanya. Dalam setiap sujudnya, diselai kesenyapan malam terdengar lirih sebait doa, bermuara pada sebuah asa antara takut, cemas dan harap hanya padaNya. Ada kenikmatan tiada tara, ketentraman tak terkira, ketika merasai kebersamaan bersama Allah dalam menyandarkan sebuah urusan “tanda tanya”.

*Catatan kaki (dikutip dari status seseorang yg jd inspirasi penulis)

Penulis adalah pemerhati status galau juga kaum cagur yang termajinalkan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline