Lihat ke Halaman Asli

Membangun Kesadaran dan perdamaian Pascapemilihan Maluku Utara 2024

Diperbarui: 30 November 2024   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

F.M.G

Membangun Kesadaran dan Perdamaian Pascapemilihan: Pelajaran dari Maluku UtaraPemilihan kepala daerah serentak pada 27 November 2024 telah menjadi peristiwa bersejarah bagi Maluku Utara. Namun, seperti banyak perhelatan politik lainnya, pemilu kali ini meninggalkan berbagai dinamika yang membutuhkan perhatian serius. Dari konflik antarpendukung hingga apatisme masyarakat, situasi ini menunjukkan perlunya langkah kolektif untuk membangun kesadaran politik yang lebih baik.
Realitas Pascapemilu

Di sejumlah wilayah Maluku Utara, pascapemilu tidak hanya diwarnai dengan perayaan kemenangan, tetapi juga dengan kekecewaan dan gesekan. Beberapa kubu pendukung kandidat yang kalah merasa tidak puas dengan hasil pemilu dan mengajukan keberatan atas dugaan kecurangan. Di sisi lain, masyarakat yang sebelumnya aktif terlibat dalam kampanye mendadak pasif dan menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab kepada pemimpin yang baru saja terpilih.
Polarisasi masyarakat akibat perbedaan pilihan politik juga menjadi masalah yang nyata. Di media sosial, perang opini dan kampanye hitam tetap berlanjut, menciptakan suasana tidak kondusif yang merembes hingga ke kehidupan sehari-hari.
Namun, masalah terbesar yang mencuat adalah apatisme sebagian masyarakat terhadap hasil pemilu. Banyak yang beranggapan bahwa siapa pun pemimpin yang terpilih, kondisi mereka tidak akan berubah. Pandangan pesimistis ini semakin memperlemah upaya untuk mendorong perubahan.

Fitrah Maulana Guret: Penengah di Tengah Ketegangan

Dalam situasi seperti ini, Maluku Utara membutuhkan figur penengah yang mampu merangkul semua pihak. Salah satu sosok yang tampil menonjol adalah Fitrah Maulana Guret (F.M.G), seorang tokoh muda yang telah membangun reputasi sebagai mediator dalam berbagai konflik sosial-politik.
F.M.G, dengan pendekatan netral dan inklusif, membuka ruang dialog antara kelompok yang berkonflik. Dalam serangkaian diskusi yang diadakan pascapemilu, ia mengundang perwakilan dari kubu-kubu politik, tokoh masyarakat, hingga generasi muda untuk membicarakan solusi atas masalah yang dihadapi.
"Kita sudah memilih pemimpin. Kini, saatnya kita berhenti saling menyalahkan dan mulai berpikir bersama tentang bagaimana memastikan pemimpin ini bekerja untuk kepentingan rakyat," ujar F.M.G dalam salah satu pertemuan publik.
Melalui forum-forum tersebut, F.M.G tidak hanya membantu meredakan ketegangan, tetapi juga mendorong masyarakat untuk lebih aktif terlibat dalam proses politik. Ia menekankan pentingnya pengawasan terhadap kinerja pemerintah dan menolak sikap pasif yang hanya memperpanjang siklus kekecewaan.

Menghidupkan Kesadaran Politik

Kesadaran politik tidak berakhir pada hari pemilihan. Masyarakat perlu memahami bahwa peran mereka sangat penting dalam memastikan janji-janji kampanye terwujud. Dengan pemimpin yang terpilih, rakyat memiliki hak dan kewajiban untuk terus mengawasi, memberikan masukan, dan mempertanyakan kebijakan yang dianggap tidak adil.
Selain itu, pendidikan politik harus menjadi prioritas untuk membangun generasi yang lebih sadar dan kritis. Media sosial, yang sering menjadi alat kampanye negatif, bisa digunakan untuk menyebarkan informasi yang mendidik. tokoh muda seperti F.M.G dapat memainkan peran besar dalam menyampaikan pesan-pesan ini.

Mengatasi Polarisasi dan Konflik

Polarisasi yang muncul akibat perbedaan pilihan politik harus segera diatasi. Konflik antarpendukung tidak hanya merusak kerukunan, tetapi juga menghambat proses pembangunan daerah. Di sinilah pentingnya memperkuat dialog dan mempertemukan berbagai kelompok untuk membangun kesepahaman.
F.M.G dalam berbagai kesempatan juga menekankan bahwa politik adalah alat untuk mencari solusi, bukan medan perang. Ia mendorong masyarakat untuk menilai pemimpin berdasarkan kinerjanya, bukan hanya dari latar belakang politik atau suku.
"Kita harus keluar dari mentalitas 'kita' dan 'mereka.' Politik bukan soal menang-kalah, tetapi soal bekerja sama untuk Maluku Utara," tegasnya.

Harapan untuk Masa Depan

Pemilu 2024 adalah cerminan bahwa demokrasi di Maluku Utara masih terus berkembang. Namun, pertumbuhan ini membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak. Pemerintah, masyarakat, tokoh agama, hingga generasi muda harus bekerja sama untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Masyarakat juga harus berani menuntut transparansi dan akuntabilitas dari pemimpin terpilih. Kemenangan dalam pemilu bukanlah akhir perjalanan, tetapi awal dari tanggung jawab besar untuk memenuhi harapan rakyat.
Dengan peran inspiratif F.M.G dan semangat kolaborasi yang terus dipupuk, Maluku Utara memiliki potensi besar untuk menjadi contoh provinsi yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga dewasa secara politik.

Saatnya Bersatu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline