Lihat ke Halaman Asli

Aplikasi Sifat Diplomat, Self Branding ala Rasulullah SAW

Diperbarui: 30 Oktober 2019   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam disebutkan bagaimana Nabi dapat mengatasi konflik antar-suku di Makkah saat mereka berebut untuk meletakkan Hajar Aswad di salah satu sudut Ka'bah setelah selesainya renovasi Ka'bah. Konflik antara kepala suku Makkah tersebut sudah berjalan sekitar empat hari dan tiada satu pun yang mau mengalah. Juga, tiada satupun yang mampu memberikan solusi tepat saat dialog dan negosiasi mengalami jalan buntu. Sehingga pertumpahan darah hampir terjadi.

Suku Quraish tinggal di seputar Ka'bah selama empat atau lima malam. Mereka berkumpul di masjid melakukan perundingan, lalu tokoh paling sepuh suku Quraish bernama Abu Umayah bin Mughirah bin Abdillah bin Umar bin Makhzum berkata: "Wahai kaum Quraish mintalah keputusan pada orang yang pertama masuk pintu masjid ini." Kaum yang sedang berselisih pun setuju.

Ternyata yang masuk pertama adalah Rasulullah. Saat melihat Nabi, mereka serentak mengatakan: "Inilah Al-Amin (orang bijak & dapat dipercaya). Kami rela (apapun yang dia putuskan). Ini adalah Muhammad." Setelah hal itu dikabarkan pada beliau, Nabi langsung bertindak. "Beri saya kain." Lalu Nabi meletakkan Hajar Aswad pada kain itu, dan berkata: "Setiap kabilah memegang sisi kain dan mengangkat bersama." Saat sampai di tempatnya, Nabi meletakkannya dengan tangannya sendiri. Maka keputusan ini dapat diterima dan mencegah terjadinya pertumpahan darah diantara para kabilah

Sebelum turunnya wahyu, kaum Quraish biasa menyebut Nabi dengan panggilan kehormatan al-amin yang dapat dipercaya. Ha ini karena kejujuran beliau telah terdengar dan beliau telah terpercaya di kalangan Bani Quraisy. Maka, ketika ternyata yang dibei kepercayaan mengambil keputusan adalah Rasululah, maka membawa ketenangan di hati mereka. Hal ini karena mereka yakin terhadap keputusan Rasulullah dan mempercayai beliau.

Kisah historis di atas hanyalah sekeping fakta bahwa Rasulullah memiliki karakter diplomasi yang melekat pada dirinya sejak belia yang cenderung mencari solusi dari setiap masalah, bukan memperkeruhnya. Menjadi pemersatu dari setiap perselisihan, bukan malah memprovokasi dan memecah belah.selain itu beliau juga sedari dini telah memiliki branding sebagai orang yang baik, jujur dan bijaksana. Maka tidak heran jika banyak yang mempercayai beliau dalam melakukan pekerjaan atau mengambil keputusan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline