Lihat ke Halaman Asli

Fitra Frantama

Mahasiswa UIN Salatiga

Kertas

Diperbarui: 9 Mei 2024   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kali ini ada berita menarik lho. Ternyata, apa yang akan terjadi, itu kita telah menyetujuinya. Menjadi garis yang tidak bisa di elakkan. Garis itu akan mendorong mu jatuh ketika keluar darinya. Garis itu adalah kertas, wkwk. Itu semua telah tertulis diatas kertas yang berada di atas sana, bukan di atas genteng ya, apalagi gunung wkwk. Maksudnya kertas itu berada di lauhil mahfudz. Mungkin, tidak asing di telinga kita, sangan sering mungkin kalimat tersebut terdengar. Tempat itu menjadi pusat berkumpulnya seluruh makhluk, semua nya bergantung di sana.

Aduh, jauh banget ya sampe ke sana wkwk. Sini, saya akan sedikit menceritakan tentang itu. Mungkin cerita ini sedikit berbeda dari yang sebenarnya, tapi semoga cerit ini tidak jauh lari dari yang aslinya, yang penting tujuannya sama.

Kalian inget gak sih, jika guru-guru kita pernah menyampaikan bahwa taqdir kita telah di tentukan oleh tuhan?, dan tidak bisa dengan mudah kita merubahnya!. Diatas kertas itu, kertas yang kita coret pertama kali ketika ruh kita di hembuskan dalam rahim seorang perempuan yang telah dipilih tuhan umtuk menjaga, merawat nya. Kira-kira ketika kita berumur 120 hari dalam rahim perempuan itu. Dan tanpa sadar, kita mencoret nya langsung di hadapan tuhan. Waduh, gimana ya rupa tuhan ketika itu?, wkwkw. Tidak usah di inget, sampai kapanpun gak akan menemukan jawabannya, itu akan sia-sia dan akan membuatmu menjadi gila. Mau gak jadi gila gara-gara ngingetin itu?, aku sih gak mau, wkwk. Oke next.

Dari sedikit cerita diatas, tentang kertas yang kita coret dihadapannya, ternyata hal itu telah di benarkan dalam al-quran lho, yaitu:

 
وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِۚ وَالرَّسُوْلُ يَدْعُوْكُمْ لِتُؤْمِنُوْا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ اَخَذَ مِيْثَاقَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْن

''dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal rasul menyerumu supa kamu berman kepa tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah swt) telah mengambil perjanjian, jika kamu adalah orang yang beriman''

Dari ayat diatas dapat di simpulkan, bahwa kita ini pada hakikatnya adalah satu keyakinan, yaitu beriman kepa tuhan yaitu Allah swt. Dan kita ini sebenarnya fitrah (suci). Lalu, mengapa kita banyak berbeda dalam keyakian?, bukankah tadi di sebutkan pada hakikatya kita ada dalam satu keyakinan?. Sini saya sedikit membantu menjelaskan. Kita menjadi berbeda itu di sebabkan oleh kedua orang tua kita. Kita hidup bersamanya yang memiliki keyakinan yang mereka percaya, dan kita berada dalam lingkungan mereka yang sama, mau gimana lagi, ini semua telah terjadi.

Nah, terkait ayat diatas mengenai perjanjian kita sama tuhan, itu berisi tentang hidup, mati, rezeki kita, dan masih banyak lagi. Terutama yang paling utama dari perjanjian tersebut adalah tentang keimanan kita kepada tuhan. Intinya coretan perjanjian diatas kertas itu tentang kehidupan yang akan kita jalani di kehidupan selanjutnya.

Bagaimana perasaannya sekarang?, masih maukah menuntut kepada tuhan, ketika keadaan kita hancur berantakan?. Bukankah kita telah mencoret dan menyetujuinya?. Ayolah, semua itu tentang pilihan, tidak ada yag pantas untuk kita tuntut, wong kita hanyalah makhluk, yang semua gerak-gerik kita itu telah di setir olehya. Jadi, jalani saja dan terima saja atas ketetapannya. Sekarang, tugas kita menjalani, dan terus bermunajat kepadanya, jangan putus asa dari semua itu. Ingat! Itu hanyalah kertas putih kehidupan yang bisa kita ganti atas kehendaknya. untuk itu, teruslah berdoa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline