Aku mencintai Tuhanku, tapi sungguh aku tak mengerti arti hadirNya. Kulakukam sholat wajib tanpa bolong, berbuat baik kpda sesama, bersedekah ala kadarnya. namun kirasa hanya sebatas rutinitas.
***
Seminggu lagi aku harus operasi gigi bungsu. Menurut dokterku, 4 gigi bungsuq harus dibedah krn tumbuh miring. Beberapa bulan ini aq lumayan sering sakit kepala dan kadang ngilu tak tertahan.
Singkat ceritaa, Operasi berjalan sukses. Seminggu lagi jadwalnya kontrol. Sisa jahitan nyaris tak terlihat. Aq bahkan bisa makan nasi seperti biasa. Malam itu, hari kelima sejak operasiku, aq begadang sampai pukul satu malam. Tak henti aq scrol sosmedku sampai muak.
Tiba2 ditengah keasyikanku scroling medsos, aq merasakan ada yang menggenang dalam mulutku. Astaga, darah.
Aku panik. Segera kuambil kapas. Kutarik dibagian jahitan gigi bungsu yg bawah. Basahanya hitungan detik, kapas itu kembali basah oleh darah. Segera kiganti kapas baru. Dan segitu berulang. Aku tambah panik. Selama satu jam lebih, darah malah deras mengucur bukan merembes. Tidak sakit, tapi aku sungguh panik.
Aq terpaksa membangunkan papa n mamaku dan saat itu juga aq dibawa d RSUD Bantul. Tergopoh2 kami masuk UGD yg terus dibawakan suntik pengental darah. Begitu perawat memasukan obat, dadaku sakit. Aku susah berpnapas. Selang oksigen dipasang. Aku bisa bernapas lega. Tapi darahq terus mengalir sampai beberapa jam berikutnya, meski tak lagi semengucur sebelumnya.
Pukul 2 pagi. Kanan kiri tempat tidurku penuh orang2 mengerang kesakitan, suara2 orang muntah dan jeritan2 kesakitan. Aku mulai ketakutan melihat darahku sendiri, aku melihat kematian d mataq. Aku "melihat" Tuhan dalam selang2 inpus darah, suara erangan dan jeritan orang2 itu serta dalam darah yg mengucur dari bekas jahitan gigi bungsuku yg meski dipakaikan pengental darah tak juga berhenti keluar. Aku menyebutNya berkali-kali dengan hikmat melebihi sehabis sholat.
Jam 9 pagi d klinik RSUD, selepas dr UGD, Dokterku di klinik mengatakan kalau pembuluh darahq pecah krn tensiku tinggi (pemicunya gara2 begadang). Padahal seumur-umur,bahkan sebelum operasi gigipun, tensi darahku selalu rendah.
Tuhan, kini aku mengerti arti hadirMu.