Lihat ke Halaman Asli

Fitka Sari

Perangkai Kata

Manusia Semakin Semena-mena

Diperbarui: 26 Juni 2023   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku termenung di depan jendela kamar, menyaksikan padi yang bergoyang ditiup angin. 

Tiba-tiba, hatiku  dipenuhi keirian yang membuncah.

"Mungkin menjadi padi atau pohon lebih enak daripada manusia, "aku meracau.

"Mereka hanya tinggal bertumbuh, dipanen, dan selesai. Tidak perlu sakit hati di dunia, pun kelak masih menunggu peradilan yang belum tentu berganjar surga, "aku mendengus.

Aku sungguh kesal. Dalam 2 hari ini aku berkonflik dengan senior  di tempat Kerja. Bukan konflik parah, tapi cukup membuatku sakit hati. 

Sudah dua hari aku cuti. Di malam yang tak begitu syahdu, disaat waktu sudah menunjukkan jam 10 malam senior WA,"Mbak, tolong kirim berkas X, saya cari di grup tidak ketemu."

Aku yakin, dia tidak benar-benar mencari. Dia hanya mencari jalan tikus untuk mendapat yang dia inginkan. Aku berani bertaruh, kalau dia sedikit effort saja, dia bisa menemukannya.

Tak lebih dari 3 menit, dia mendapatkan yang dia inginkan. Dia tak akan tahu, saat dia WA, aku posisi sudah setengah tidur di bawah selimutku yang hangat. Aku terpaksa menyingkap selimut dan bergegas membuka Appleku. Kucari berkas yang sudah kukirim di grup kantor. Dia senior dan aku berusaha menghormatinya.

"Ini ya bu. Tolong nanti diberikan cara prosedur penyelesaiinnya karena saya baru pertama. "

"Ya mbak, nanti ya."

Kutunggu sampai 2 jam berikutnya. Tak ada WA masuk. Ini sudah dini hari dan tak mungkin aku menunggu lebih lama. kuputuskan untuk tidur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline