Lihat ke Halaman Asli

Fitka Sari

Perangkai Kata

Pertanda Cinta Telah Mati

Diperbarui: 9 Februari 2023   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dulu, aku bertanya-tanya, adakah tanda saat aku berhenti mencintai seseorang. Dari belasan pacarku yang jadi mantan keparat itu, tak kutemukan jawaban. aku hanya bosan setelah sekian waktu menjalin hubungan. namun aku memendamnya sampai mereka memutuskan hubungan.

Kini denganmu, aku menemukan tandanya. Awalnya, aku menyukai tawamu yang renyah. Tawa yang mengundang orang untuk menoleh padamu, sekadar memastikan kamu waras atau gila. 

"Bisa enggak kalau tawamu agak ditahan, nggak terbahak-bahak gitu. Biar mereka yang sedang sedih nggak terluka dengernya."

Tapi dia hanya merespon dengan tawa. Tawa yang keras, yang tegas, yang membuat mereka yang sedang menangis sedih menyumpahinya karena dunia dikira terlalu berpihak padanya.

Keluarganya nyaris berantakan. Istrinya selingkuh, tepatnya. Dia telah bosan menangis di pingggir laut sepulang kerja.  Dia juga telah bosan membuang air matanya di pinggir sungai, dengan berpura-pura memancing. Jadi, saat ketemu orang, dia akan meledakkan tawa. Agar semua orang mengira dia bahagia.

Dan kini,  dia mengatakan meyukaiku. Mungkin dia menyukai kebersamaan saat kami sama-sama menunggu tenggelamnya senja. Pantai selalu penuh dengan orang-orang yang menghadapi masalah hidup. Cinta, pertemanan, hutang, politik, tapi kami yang sudah berkepala empat, masih juga menghadapi masalah cinta, macam anak SMA. 

Lalu aku memuja suara tawamu. aku ingin selalu mendengarnya sejak bangun tidur dan saat berbaring kembali di ranjang. Suara tawa yang selalu terdengar dari ujung telepon,  di malam hari. sambil mendengarkan curhatmu lewat telepon, tentang istrimu yang memaksamu menceraikannya. istrimu yang tak peduli anak-anakmu butuh kasih sayang. Sedu sedanmu di sela curhat,  lalu tertawa. Saat itu tawamu sangat merdu. 

Namun pagi itu, aku merasa suara tawamu di telpon begitu bising, dan memekakkan telinga.

Sejak aku terganggu dengan suara tawamu, saat itu aku tahu, api cintaku padamu sudah padam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline