Lihat ke Halaman Asli

Dinamika Pendidikan di Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Orang di atas semakin di atas dan orang di bawah semakin terbawah, inilah ungkapan yang pas untuk situasi pada saat ini, dimana kita bisa melihatnya melalui media televisi. Salah satu contohnya adalah pendidikan di Indonesia, dimana hanya orang berada saja yang bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang yang paling tinggi. Sedangkan orang dari kalangan bawah hanya bisa melihatnya dengan pasrah dan tatapan yang sedih. Padahal sebenarnya banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu yang pandai dan cerdas, bahkan tingkat intelektual mereka melebihi anak dari kalangan berada. Namun karena keterbatasan biaya, banyak anak-anak yang putus sekolah dan lebih memilih untuk bekerja membantu keuanagan orang tua. Seharusnya sebagai seorang anak mereka belajar dengan baik bukannya mencari nafkah.

Apabila pemerintah lebih memperhatikan pendidikan anak-anak yang kurang mampu, maka hal ini tidak akan terjadi. Justru yang kita lihat sekarang ini, banyak para pejebat-pejabat tinggi negara yang hanya mementingkan diri mereka sendiri dengan sifat keegoisannya yang tinggi. Mereka hanya mencari kepuasan bagi diri mereka. Bahkan tidak cukup dengan itu, mereka menggunakan uang negara untuk kehidupan pribadi dengan dipakai berfoya-foya, menggonta-ganti mobil, membeli barang-barang bermerek dan lain sebagainya. Padahal sebenarnya gaji yang mereka peroleh tiap bulannya sudah sangat banyak, bahkan lebih dari cukup, bila dibandingkan dengan gaji seorang guru ataupun PNS yang sangat jauh, tidak ada apa-apanya.Bagaimana pendidikan di Indonesia tidak semakin merosot akibat ulah para pejabat yang korup dan tidak mamperhatikan pendidikan anak-anak yang kurang mampu. Akan menjadi seperti apa bangsa kita ini selanjutnya dan generasi muda yang hidupnya tidak jelas dan terkatung-katung, bagaimana nasib mereka nantinya?. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan serta kekhawatiran tersendiri untuk bangsa Indonesisa ke depannya.

Memang pemerintah telah memberlakukan pendidikan wajib sembilan tahun, namun bila dilihat dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini, hal tersebut tidak sebanding dan tidak pantas. Sebab pendidikan sembilan tahun hanya sampai tingkat SMP saja, nah selanjutnya bagi mereka yang tidak mempunyai biaya untuk lanjut ke SMA dan bangku kuliah, mereka terpaksa putus sekolah. Ini menjadi sesuatu yang sia-sia. Karena sekarang ini ijazah SMP sudah tidak diberlakukan lagi untuk mencari pekerjaan. Ijazah yang digunakan minimal SMA, namun hal inipun juga sudah jarang diberlakukan. Sekarang banyak kantor-kantor dan instansi-instansi pemerintah yang menggunakan lulusan sarjana S1 untuk standar pendidikannya.

Selain itu, apabila kita perhatikan dari pendidikan wajib sembilan tahun, yang digratiskan oleh pemerintah hanya biaya SPP perbulan saja. Padahal dalam sebuah lembaga pendidikan bukan hanya biaya tersebut yang menjadi tanggungan bagi siswa, namun ada biaya lainnya seperti pembelian buku paket, seragam sekolah, dan lain-lain, yang dari kesemua itu membutuhkan uang. Oleh sebab itu banyak para orang tua yang tidak sanggup menyekolahkan anaknya. Ada sebuah perkataan yang menyatakan bahwa uang bukanlah segala-galanya akan tetapi segalanya membutuhka uang. Hal ini mamang benar adanya, seperti halnya pendidikan sekarang yang membutuhkan uang atau biaya untuk mencukupi segala keperluan sekolah.

Oleh sebab itu, saya sebagai penulis meminta dan memohon kepada pemerintah agar lebih memperhatikan pendidikan di Indonesia khususnya mereka yang kurang mampu, dengan memberikan beasiswa-beasiswa bagi mereka yang tidak mampu, dan hal inipun harus didata dengan sebaik-baiknya, agar semuanya terbagi rata, dan yang mendapatkannya betul-betul orang yang tidak mampu. Bila perlu pemerintah memberikan kebijakan dengan membebaskan seluruh biaya pendidikan bagi kami semua para generasi muda sampai tingkat SMA atau lulus S1. Jangan hanya mengumbar janji-janji saja saat kampaye dimana akan membebaskan biaya sekolah, padahal itu hanya untuk menaikkan nama agar bisa duduk dikursi penting sebagai pejabat tinggi negara, setelah itu lupa akan janjinya. Kata bang haji Roma “terlalu”.

Hal ini bisa teratasi apabila pemerintah lebih memperhatikan rakyatnya, sehingga semua anak-anak dapat bersekolah dengan baik hingga lulus dan mempunyai masa depan yang cerah. dimana nantinya semua generasi muda bisa menjadi orang yang sukses kedepannya dan bersama-sama membangun dan memajukan negara Indonesia ini menjadi lebih baik dan tidak menjadi yang terbelakang lagi, sehingga bisa bersaing dengan negara maju lainnya.

post by: fithriyah wasolo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline