Dunia kini penuh dengan provokasi, juga penuh propaganda. Teramat banyak fenomena yang membuat kita sering mengelus dada dan menggelengkan kepala. Dunia sekarang ini adalah zaman dimana ada ahli fitnah menceramahi orang-orang untuk waspada dari gelombang fitnah. Agak menggelikan, namun mengerikan pada saat yang sama.
Jujur saja, kehadiran teknologi di dunia telah benar-benar sangat membantu; membantu orang baik, juga membantu orang jahat. Barangkali bukan teknologi yang menjadi biang kerok di sini. Karena teknologi akan berdampak positif, jika dikelola oleh tangan yang benar. Memangnya siapa yang bisa dikatakan benar? Ah, kita bisa lihat dari sisi praktisnya saja. Efek suatu tindakan akan membuat orang tahu, mana yang “benar”, dan mana yang “salah”. “Tapi banyak manusia yang merasa benar, meskipun belum tentu yang dilakukan atau diucapkannya adalah kebenaran.” Untuk hal ini, memang fakta. Namun saya tak bisa memberikan solusi, kecuali menyarankan agar “Jangan pernah berhenti untuk mencari”.
Pernah nonton Jurassic World? Film ini dikeluarkan pada 2015 lalu, namun saya telat karena baru menontonnya di akhir tahun 2016 ini. Film ini memberikan suatu kesan, betapa dahsyatnya kekuatan teknologi. Memang kelihatannya mustahil menghidupkan dinosaurus kembali di abad ini. Namun, film ini memberikan kesan tersendiri buat saya. Bukan soal dinosaurusnya, melainkan soal tabiat manusia.
Pada mulanya, taman Jurassic ini dibangun dengan satu alasan mulia, yakni membangun kesadaran manusia bahwa betapa kecil dan barunya kita di dunia. Namun, karena pesonanya, semakin lama taman ini semakin menarik perhatian banyak orang, hingga pengunjungnya senantiasa meningkat dari waktu ke waktu. Fans nya pun semakin membeludak.
Lambat laun, pihak pemegang perusahaan yang ‘baru’, rupanya mulai terlena dengan banyaknya massa. Semakin banyak pengunjung, semakin banyak kucuran dana, semakin besar pula saham mereka. Akhirnya demi meraih tujuan itu, mereka memiliki ide untuk merancang jenis dinosaurus yang berbeda, yang penampilan luarnya memang terlihat seperti dinosaurus, namun pada hakikatnya, ia bukanlah spesies dinosaurus sebagaimana adanya. Mungkin bisa juga dikatakan, dinosaurus jadi-jadian.
Mulanya, mereka berpikir bahwa kehadiran spesies baru ini akan memberikan keuntungan besar dan mendatangkan kesenangan untuk mereka para pihak pemilik perusahaan dan investor. Mereka menyambut kehadiran dinosaurus jadi-jadian ini sebagai aset berharga. Namun, tanpa diduga, karena rekayasa genetik yang dilakukan ilmuwan, dinosaurus ini ternyata memiliki kecerdasan. Sayangnya, kecerdasan yang dimilikinya sangat membahayakan. Dia mampu menyamar sesuai dengan warna lingkungan sekitarnya, untuk bersembunyi, dan membuat manusia berpikir bahwa ia sedang tidak ada di sekitar mereka. Padahal, dia sedang siap siaga untuk menerkam dan memakan semuanya.
Tanpa dapat dicegah lagi, manusia yang tertipu akhirnya diterkam satu per satu, dan manusia yang ingin melarikan diri malah membuka seluruh pintu kandang dinosaurus ini. Hingga akhirnya, dinosaurus jadi-jadian ini bebas berkeliaran di arena manusia dan populasi dinosaurus lainnya yang tanpa dosa. Ia mengamuk, menyerang manusia dan spesies-spesies lain, merusak sistem yang ada, yang sebenarnya sudah rapi pada rancangan terdahulunya. Akhirnya banyak pengunjung dari anak kecil hingga dewasa yang menjadi korban. Semuanya berada dalam zona tak aman, mereka ketakutan, ingin menyelamatkan diri namun terjebak di sebuah taman yang semula indah dan menakjubkan, namun berubah menjadi sangat menakutkan.
Dalam hitungan satu hari saja, setelah terlepasnya dinosaurus berbahaya itu, taman indah yang telah bertahun-tahun dibangun dan terjaga, berubah menjadi hancur dan porak poranda. Aset yang mereka unggulkan ternyata telah menghancurkan segalanya, juga membahayakan semua manusia. Padahal, pembuatan aset berbahaya ini juga jelas memakan lebih banyak biaya. Namun, hasil yang mereka dapatkan bertentangan dengan yang mereka harapkan.
Pada akhirnya, tahukah siapa yang mampu mengalahkan sang dinosaurus abal-abal itu? Yang mengalahkannya adalah T-Rex, dinosaurus apa adanya, tanpa embel-embel. Meski benar atau tidak, dalam film itu, dinosaurus yang dirancang asli masih memiliki hati, daripada dinosaurus modifikasi yang perilakunya sangat ganas.
Dari film ini, saya melihat, betapa teknologi mampu mengubah dunia yang tadinya gemerlap menjadi gelap, jika disalahgunakan. Film ini mengingatkan saya akan realita di dunia kini. Banyak manusia yang memanfaatkan media sosial sebagai salah satu bayi teknologi untuk menghimpun massa. Mereka rancang suatu laman yang tampilannya mampu memancing perhatian dan memikat banyak mata. Namun sayangnya, rancangan itu bukan dibuat untuk tujuan positif seperti terlihat pada tampilan luarnya, melainkan untuk satu tujuan negatif yang akan berbahaya bagi banyak kalangan masyarakat.
Pada tampilan luarnya memang terlihat seperti asli, namun banyak orang yang tidak tahu bahwa hakikatnya tampilan laman itu adalah modifikasi. Melalui laman itu, massa diarahkan berpikir bahwa modifikasi buatan pihak-pihak tak bertanggung jawab ini adalah asli. Mereka sengaja digiring untuk tidak mengetahui bagaimana modifikasi itu dibuat, melainkan dialihkan agar mereka puas dengan penampilan luarnya yang terlihat luar biasa, dengan sedikit pembubuhan embel-embel. Emosi massa dimainkan, dan diarahkan agar mendukung tujuan negatif mereka.