Pada hari Rabu (29/11) mahasiswa PAI angkatan 2015 kelas H mengadakan ziarah dan silaturrahmi ke kabupaten Kediri -- Jombang - Mojokerto. Tempat pertama yang kami kunjungi untuk berziarah adalah makam mbah Washil. Kemudian makam pendiri pondok Pesantren Lirboyo dan diakhiri di makam Syekh Ihsan Jampes.
Di sela ziarah, kami juga besilaturahim ke rumah salah satu anggota yakni saudara Abu, Pondok Pesantren Banin Banat Al-Mubtadi-ien, kediaman dosen pengampu mata kuliah SKI untuk semester 5 ini yakni Ust. M. Imamul Muttaqien yang merangkap menjadi pendamping rombongan, ziarah ke makam Kyai Wahab Hasbullah di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang dan diakhiri di kediaman salah satu anggota kami di Mojokerto yaitu Sukma Qonitah.
Makam Syekh Washil
Syekh Wasil alias Mbah Wasil, sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli dimungkinkan adalah seorang ulama besar dari Persia (Ngerum) yang datang ke Kediri untuk membahas kitab musyarar atas undangan dari Raja Jayabaya. Tokoh inilah yang kemudian berupaya menyebarkan dan mengembangkan agama Islam di Kediri.
Sebagai seorang ulama besar atau tokoh penting yang berjasa mengembangkan Islam di Kediri maka wajar jika setelah meninggal beliau mendapat penghormatan yang tinggi dari masyarakat. Kompleks bangunan makam Setono Gedong merupakan salah satu wujud penghormatan yang diberikan oleh masyarakat terhadap jasa beliau dalam mengembangkan agama Islam di Kediri.
Syekh Wasil atau Mbah Wasil adalah tokoh penyebar agama Islam di Kediri yang hidup sejaman dengan para Wali Songo. Tokoh ini dimungkinkan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan seorang wali, yaitu Sunan Drajat yang merupakan putra kedua dari Sunan Ampel. Untuk mengetahui lebih jauh, silahkan kunjungi http://imamlirboyo.blogdetik.com/2009/10/23/mbah-wasil-kediri-siapa-dia atau artikel terkait mbah Washil lainnya.
Sebelum mencapai makam, kami melewati Masjid Setono Gedong. Bekas bangunan yang terdapat di belakang masjid Setono Gedong sekarang adalah bekas bangunan masjid bukan bekas bangunan candi. Terdapat beberapa indikasi bahwa reruntuhan bangunan tersebut merupakan bekas bangunan masjid.
Saat memasuki pelataran makam, kami diarahkan oleh penjaga untuk masuk. Setelah melewati teras, terdapat pintu masuk yang tidak begitu tinggi. Peziarah dewasa amupun remaja harus menundukkan kepala agar bisa melewati pintu tersebut. Konon, hal ini mengajarkan peziarah agar tunduk dan ta'dzim kepada Allah, tidak senantiasa mengangkap kepala terus-menerus.
Dari pintu masuk kami berbelok ke arah kanan dan mengambil posisi duduk di luar pagar besi yang mengelilingi makam. Sebagaimana yang dilakukan saat ziarah, kami membaca tahlil yang dipimpin oleh salah satu anggota kami yaitu Muhammad Lathif S.
Kediaman Abu Bakar
Selepas dari Makam Syekh Washil, kami transit terlebih dahulu khususnya silatuahim ke kediaman saudara Abu. Sayangnya kedua orang tua Abu sedang berada di kantor sehingga tidak dapat menyambut dan menemui kami. Berhubung adzan Dzhuhur sudah bekumandang di tengah perjalanan tadi, kami bergantian untuk melaksanakan salat Dzuhur setelah mengisi energi atau makan telebih dahulu.