Lihat ke Halaman Asli

FithAndriyani

Read and Write

Anak dan Pola Pikirnya

Diperbarui: 15 Maret 2016   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seringkali orang dewasa-termasuk orang tua- kurang memahami pemikiran anak-anak dengan baik. Mereka menanganggap pola pikir mereka 'ribet' dan 'muluk-muluk'. Sehingga orang dewasa salah paham akan arah mana yang anak inginkan.

Hal ini tentu bukan menjadi alasan bagi orang dewasa untuk mengabaikan dan tidak mencari solusi bagaimana cara untuk memahami pola pikir anak dan menyesuaikannya. Teori perkembangan kognitif menurut Jean Piaget bisa menjadi referensi bagi orang tua khususnya dan juga bagi orang dewasa-termasuk guru- untuk menerapkannya dalam berinteraksi dengan anak.

Menurut psikolog Swiss ini, anak memiliki pola pikir tersendiri dalam memandang dunia yang disebut dengan skema. Dari skema-skema ini maka akan terbentuklah asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika anak memasukkan informasi ke dalam skema-skema yang ada. Sedangkan akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan skema-skema mereka dengan informasi baru dan pengalaman baru mereka.

Misalnya, anak-anak mengenal correction pen (tipp-ex) merupakan alat untuk menghapus tulisan (pulpen) di atas buku. Tahap akomodasi terjadi ketika anak-anak mulai menggunakan tipp-ex untuk menulis nama mereka di meja atau bahkan di balik pintu kamar mandi. Pemikiran mereka pada tahap asimilasi adalah fungsi tipp-ex hanya untuk menghapus tulisan pulpen. Kemudian mereka menyesuaikan pemikiran mengenai fungsi tipp-ex yang lain yakni sebagai alat tulis di media yang berwarna atau tidak putih sebagaimana warna zat tipp-ex.

Setelah itu, anak-anak juga mengorganisasikan pemikiran dan tingkah laku mereka sesuai dengan usia mereka. Yang mana, dalam setiap tingkatan usia mereka memiliki kekhasan yang tidak sama antara satu dengan yang lain. 

Dalam artian, memperlakukan anak balita berbeda dengan menyikapi anak remaja. Berikut tahap perkembangangan kognitif anak dalam perspektif Jean Piaget: (1) Sensorimotor (0-2 tahun) Pada tahap ini, bayi mengeksplor pengalaman mereka dari gerakan-gerakan fisik. (2) Praoperasional (2-7 tahun) Ciri khas dalam tahap ini yakni egosentris atau memusatkan dunia pada diri sendiri. Jadi pada rentang usia ini, anak memandang dunia dari persepsi dirinya sendiri. Selain itu, ciri khas lainnya adalah sentralisasi. Dilihat dari segi nama, sentalisasi diartikan sebagai pemusatan. Pemusatan yang dimaksud adalah konsentrasi anak hanya terfokus pada satu objek. Ia tidak akan menghiraukan apapun yang terjadi di sekitar benda penarik perhatiannya, dan memusatkan hanya pada benda tersebut. (3) Operasional Konkret (7-11 tahun) jika tahap sebelumnya anak masih terfokuskan perhatiannya pada satu objek, maka pada tahap selanjutnya ini, mereka mampu untuk mengklasifikasikan dan menempatkan objek pada tempat yang teratur atau serialisasi. Peningkatan lain (seiring pertambahan usia) anak sudah dapat menerima pemikiran akan sesuatu yang jelas dan tidak bermakna ambigu. Mereka mampu menerima bahwasanya Tuhan itu ada, akan tetapi mereka masih membutuhkan alasan konkret untuk memenuhi keingintahuan mereka. 

Dan alasan tersebut masih dalam kategori pemahaman sederhana sebagai pemuas rasa 'penasaran' mereka. (4) Operasional Formal (11 sampai dewasa) Pertambahan usia yang matang turut mempengaruhi pola pikir anak. Pada tahap yang terakhir ini, anak sudah mampu menggunakan nalar mereka untuk memahami hal-hal abstrak. Dia tidak sekedar menganggap keberadaan Tuhan dengan pemahaman sederhana sebagaimana pemikiran mereka di tahap sebelumnya. Dalam agama Islam, rentan usia ini anak sudah bisa dikatakan baligh, yakni fase dimana anak sudah mampu untuk membedakan mana yang benar dan yang salah dengan kemampuan nalar mereka.

Semoga dengan artikel mengenai perkembangan pola pikir anak dalam melihat dan memperhatikan dunia di sekitarnya. Dengan demikian, orang dewasa tidak akan menganggap pemikiran anak-anak yang belum matang terabaikan. Padahal dalam usia tertentu, pola pikir mereka sudah menunjukkan kemampuan untuk mencapai nalar yang baik.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline