Lihat ke Halaman Asli

Lagi-lagi Kasus yang Mencoreng Dunia Pendidikan, Audrey Siswi SMP Korban Pengeroyokan

Diperbarui: 11 April 2019   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Audrey siswi SMP di Pontianak menjadi korban pengeroyokan 12 siswa SMA menuai kecaman warganet tanah air. Pengeroyokan secara brutal oleh siswa SMA terhadap siswi SMP tersebut berawal dari penjemputan yang dilakukan pelaku terhadap korban dirumahnya. 

Pada saat itu korban tidak menyadari bahwa dirinya akan dianiaya. Namun ia malah dibawa ke suatu jalan dan disanalah mereka para pelaku melakukan aksinya. Korban di Introgasi dan dianiaya secara brutal oleh pelaku. 3 orang sebagai pelaku utama dan 9 orang rekannya yang membantu.Peristiwa 

Pengeroyokan yang menimpa Audrey tersebut menjadi banjir dukungan baik dari keluarga, teman-temannya bahkan di media sosial lewat tagar #JusticeForAudrey. Tak berhenti disitu, warganetpun sampai membuat petisi membela keadilan untuk Audrey.  Hal ini menjadi bukti bahwa para masyarakat memiliki rasa empati akan kejadian tersebut.

Kohut (1997, dalam Taufik, 2012) melihat empati sebagai suatu proses dimana seseorang berfikir mengenai kondisi orang lain yang seakan-akan dia berada pada posisi orang lain itu. empati dapat disimpulkan merupakan suatu kemampuan bagaimana kita dapat memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain sehingga kita bisa menempatkan diri, menghargai dan memberikan pertolongan pada orang lain. 

Menurut para ahli, empati pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama, yaitu kognitif dan afektif (Baron & Byrne, 2005; Taufik, 2012). Secara kognitif, seseorang cenderung memahami perasaan orang lain dengan membayangkan dan juga memikirkan suatu situasi dari sudut pandang orang lain, sedangkan secara afektif, lebih cenderung pada kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perasaan orang lain dengan perasaannya sendiri yang pada akhirnya menghubungkan empati dengan perilaku menolong sebagai bentuk rasa kepedulian pada perasaan orang lain.

Melihat kejadian yang sedang dialami Audrey, secara pasti sosok Audrey tersebut akan mengalami ganguan mental, baik fisik maupun psikisnya. Nah, dari sudut pandang BK, dalam menyikapi hal tersebut maka seorang konselor mempunyai metode untuk menyikapi masalah yang sedang klien alami yaitu dengan komunikasi terapeutik. 

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan konselor dalam berinteraksi untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress,mengatatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan atu berinteraksi dengan orang lain. 

Northouse (1998). Konselor profesional akan selalu berupaya untuk berperilaku terapeutik, yang berarti bahwa tiap interaksi yang dilakukan menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh.

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline