Bulan sabit menari nari
Menghiasi malam penuh aroma orang sembahyang dan kolak pisang
Akhirnya kita bertegur sapa meski tak banyak kata-kata terucap
Pertanyaan monoton dan nada ragu2 tak terhindari
Bahkan segarnya air kelapa ini tak mampu menutupi kesulitanku berbasa-basi
Aku tak mengingkari, bulan suci atau dirimu yang aku nanti
Berapa kali lagi, tanyaku
Satu, dua atau tiga kali sebelum kunyatakan isi hati
Biarkan bulan sabit itu penuh terisi, mungkin nanti kejantananku tumbuh dengannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H