Kala itu, saya merupakan mahasiswi baru di sebuah kampus negeri di daerah Tanggerang Selatan. Sebagai seseorang yang memasuki lingkungan baru, tentunya sulit untuk menentukan apa yang ingin dan apa yang harus dilakukan.
Pada saat pengenalan LSO oleh kakak tingkat, saya sudah tertarik pada satu organisasi berbasis relawan khususnya pendidikan yang bernama FISIP Mengajar. Namun, pada saat itu LSO ini tidak mengadakan open recruitment karena pada saat itu masih dalam masa pandemi Covid-19.
Setelah saya menduduki semester 2, FISIP Mengajar mengadakan open recruitment. Tentu saja saya dan beberapa teman saya langsung segera mendaftar. Sampai pada akhirnya saya resmi menjadi anggota FISIP Mengajar sekaligus relawan.
Hal pertama yang saya lakukan sebagai seorang relawan adalah saya mulai mengajar anak-anak usia tiga sampai dengan dua belas tahun.
Saat itu saya mengajar di Lapak Gunung Balong di daerah Lebak Bulus, Ciputat dan Teras Baca UFO di daerah Kedaung, Ciputat. Perasaan saya selama mengajar anak-anak tersebut secara sukarela tentunya bermacam-macam. Terkadang saya merasa sangat senang dan bersemangat untuk bertemu dan mengajar. Terkadang pula saya merasa lelah dan tidak bersemangat.
Namun, hal tersebut menurut saya sangat lumrah. Saat merasa lelah saya bisa istirahat sejenak untuk mengajar dan digantikan oleh teman-teman saya. Setelah istirahat tentunya semangat saya akan muncul kembali. Menurut saya itu semua merupakan proses adaptasi dan proses pengembangan diri.
Bahkan saat ini, saat saya sudah menjadi mentor dan bukan dalam status wajib mengajar, saya merasa datang ke Lapak dan melihat perkembangan serta belajar bersama adik-adik merupakan hal yang membangkitkan semangat saya saat saya sedang merasa lelah.
Pengalaman yang saya dapat dari FISIP Mengajar tidak hanya menjadi pengajar tetap. Namun, saya juga sudah mendapatkan pengalaman magang untuk mengajar di sebuah sekolah dasar di daerah Jakarta Timur pada saat saya masih menduduki semester dua. Disana saya dihadapkan dengan kondisi anak-anak yang lebih teratur, namun tentu dengan jumlah yang lebih banyak. Dengan beragam tingkat level dan karakter merupakan tantangan tersendiri yang membuat pengalaman magang tersebut sangat berharga.
Selain itu, saya juga berkesempatan untuk mengadakan bakti sosial disebuah sekolah dasar di daerah Bogor. Sekolah tersebut berada di sebuah desa yang lumayan jauh dari jalan utama. Fasilitas dari sekolah itupun sederhana.
Disana, saya dan teman-teman saya memberikan beberapa pembelajaran, membersihkan dan mengganti beberapa fasilitas sekolah, serta memberikan sedikit bantuan kepada warga sekitar. Dalam prosesnya, tentu saja berbagai perasaan muncul, mulai dari senang, sedih, lelah, dan juga kecewa. Namun, diakhir perjalanan, saya merasakan perasaan bahagia karena telah berhasil melakukan hal-hal yang tadi sudah saya sebutkan dengan baik. Anak-anak dan juga warga sekitar juga merasakan dampak baik dari kedatangan kami, bahkan mereka menunggu kedatangan kami kembali.
Memang saya belum memiliki banyak pengalaman dalam bidang kerelawanan. Namun, beberapa hal yang sudah saya lakukan tersebut membawa dampak positif bagi orang yang terbantu dan juga bagi saya sendiri. Relawan itu bukan seberapa besar kita memberi pada orang lain, namun seberapa kuat hati kita untuk membantu sesama.