Lihat ke Halaman Asli

Fisio Yuliana

Praktisi Fisioterapi

Memahami Kecerdasan Kognitif dan Plastisitas Otak

Diperbarui: 18 Januari 2025   04:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https:// www.unsplash.com

Setiap manusia memiliki keistimewaan dengan kecerdasannya masing-masing. Kecerdasan kognitif dapat berupa kecerdasan dalam berpikir dan emosional. Kecerdasan kognitif dapat diukur melalui tes inteligensi. Kecerdasan manusia yang kompleks seperti kecerdasan dalam soft skill dan hard skill. Pada masing-masing kecerdasan ini dapat dipelajari. Pembelajaran yang progresif mampu meningkatkan kemampuan individu dalam bidang yang ingin dikuasainya. 

Tidak ada manusia yang bodoh di dunia ini. Bahkan tes IQ (Intelligence Quotient) bukanlah tolak ukur kecerdasan manusia secara pasti. Tes IQ ditujukan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memecahkan permasalahan menggunakan penalaran dan logika berpikirnya. Namun, bentuk tes IQ dapat dipelajari bentuk soalnya sehingga seseorang dapat meningkatkan nilai tesnya setelah berlatih. 

Tes IQ dan tes iteligensi umum lainnya yang telah dikenal luas seperti TPA (Tes Potensi Akademik), TIU (Tes Iteligensi Umum), TBS (Tes Bakal Skolastik) dan sebagainya berisi beberapa bagian soal yang menguji kemampuan bernalar dan berlogika. Berbagai tes ini berisi soal pengetahuan umum, matematika, berbahasa, psikologis, dan logika gambar. 

Menurut laman website Psikologi Universitas Gajahmada, tes inteligensi berfungsi untuk mengukur kemampuan kognitif individu yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya. Tes IQ pada karyawan berfungsi mengetahui potensi kinerja. Tes IQ pada siswa dapat memprediksi kemampuan akademiknya. Tes IQ juga bermanfaat untuk mengetahui potensi gangguan perkembangan seperti gangguan kemampuan belajar. Tes IQ dirancang untuk mengetahui apakah seorang siswa perlu mendapatkan program khusus terkait gangguan perkembangan yang dialaminya. Pada perguruan tinggi test TPA berfungsi untuk mengukur kemampuan mental dasar mahasiswa yang digunakan dalam tes penerimaan mahasiswa. Namun, tes TPA tidak serta-merta dijadikan tolak ukur penerimaan mahasiswa untuk masuk perguruan tinggi. Perguruan tinggi tetap menggunakan catatan prestasi, wawancara, dan surat rekomendasi dari sekolah asal. 

Tes inteligensi pada dasarnya dirancang untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir dan mental seseorang. Tes inteligensi bekerja sebagai tolak ukur yang mampu memprediksi ketahanan mental dan kemampuan berpikir seseorang dalam akademik ataupun karir. Seseorang yang sudah terbiasa mengerjakan soal inteligensi akan mencapai skor yang baik dan demikian sebaliknya. Tes inteligensi banyak digunakan untuk keperluan rekrutmen karyawan swasta maupun negeri dan  tes masuk perguruan tinggi. Tes ini memiliki model soal yang dapat dipelajari oleh individu sehingga meningkatkan peluang kesempatan mereka untuk masuk perusahaan swasta bergengsi, menjadi pegawai negeri (PNS), dan berkuliah di perguruan tinggi impian. Bila seseorang giat berlatih meningkatkan kemampuan berhitung, membaca, dan bernalar, maka ia berpeluang mencapai skor terbaik. 

Tes inteligensi dapat memengaruhi mental seseorang saat mengerjakan soal yang rumit. Tes ini dapat menguji kemampuan mental dalam menghadapi banyaknya jumlah soal, manajamen pengerjaan soal dengan waktu terbatas, dan kecepatan memutuskan pilihan jawaban berdasarkan hasil penalarannya. Bagi orang yang mendadak diberikan soal inteligensi pasti akan panik dan sulit berpikir dengan baik. Orang yang baru pertama kali melihat soal juga akan mudah stress. Sementara orang yang sudah terbiasa mengerjakan soal inteligensi cenderung lebih tenang saat tes berlangsung. Melalui gambaran ini dapat disimpulkan bahwa seseorang yang sudah terbiasa dengan soal inteligensi tentu akan mencapai skor yang baik. Selain itu mereka dapat berfokus mengerjakan soal dalam keadaan tenang. 

Dalam jurnal penelitian Ritchie dan Drob (2016) dengan judul " How Much Does Education Improve Intelligence" menganalisis bahwa pendidikan berkolerasi terhadap peningkatan kecerdasan siswa. Pendidikan merupakan metode yang paling kuat, konsisten, dan tahan lama untuk meningkatkan kecerdasan seseorang. Pendidikan bermanfaat mencerdaskan siswa dengan peningkatan IQ skor sebesar 1 hingga 5 poin berdasakan pendidikan tambahan setiap tahunnya. 

Gambaran mengenai tes inteligensi yang ditengarai mampu mengukur kecerdasan berpikir manusia masih relevan digunakan hingga saat ini untuk keperluan mengukur kemampuan akademik maupun bekerja. Seseorang yang ingin mendapatkan skor tes terbaik harus mempersiapkan dirinya sebaik mungkin dengan membiasakan diri mengerjakan soal tes. Setiap materi soal yang kompleks menjadi tantangan bagi setiap individu dalam mempelajarinya. Tantangan pembelajaran soal inteligensi yang rumit menghadirkan pusat pelatihan dan bimbingan belajar komersil. Pusat pelatihan dan bimbingan belajar dengan fasilitator terbaik mampu meningkatkan pemahaman seseorang terhadap pemecahan soal inteligensi. Selain itu, buku cetak bimbingan belajar soal inteligensi juga turut memfasilitasi pembelajaran.  Fasilitator berpengalaman juga hadir dalam streaming digital dan sosial media membagikan pengetahuannya. 

Otak manusia sangat istimewa. Kemampuan kognitif dan kecerdasan dapat ditingkatkan dengan belajar. Otak manusia memiliki sifat plastisitas. Plastisitas otak yaitu kemampuan otak dalam mengubah hubungannya dan menyambung dirinya. Kemampuan ini dapat membuat otak manusia terus berkembang. Otak manusia terus berkembang dan beradaptasi dengan mempelajari dan beradaptasi dengan hal baru serta menyimpan ingatan informasi sebagai kenangan. Plastisitas otak dapat terjadi melalui dua sebab. Sebab pertama sebagai hasil dari adanya pengalaman dan pembelajaran. Sebab kedua yaitu lingkungan dan genetik berperan penting dalam proses plastisitas. Saat seseorang mengalami stroke otak kiri dengan kelumpuhan sisi tubuh bagian kanan, maka seiring dengan adaptasi latihan dan pembelajaran gerakan tubuh melalui rangsangan sensorik dan motorik, maka bagian sel-sel sarah pada otak yang rusak dapat pulih dan terhubung kembali. 

Terdapat dua jenis plastisitas otak yaitu plastisitas fungsional dan struktural. Plastisitas fungsional yaitu kemampuan otak memindahkan fungsi dari area otak yang rusak ke area otak lain yang tidak rusak. Plastisitas struktural yaitu kemampuan otak merubah struktur fisiknya sebagai hasil pembelajaran. Pada plastisitas struktural ini berperan penting dalam peningkatan kemampuan otak berpikir melalui proses pembelajaran. Kemampuan plastisitas struktural otak mampu membangun dan meningkatkan koneksi antar neuron pada otak. Jumlah neuron pada otak yaitu 100 miliar. Neuron merupakan sel saraf yang bertugas mengirimkan impuls/ rangsangan dari reseptor sebagai penerima rangsang dari otak ke sumsum tulang belakang sebagai penerima rangsang. Rangsangan yang diterima oleh otak atau sumsum tulang belakang akan diteruskan ke tubuh untuk menerima rangsangan tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline