Lihat ke Halaman Asli

Firyal Nur Afnania

Mahasiswi UIN

Tidak Semua Perilaku Prososial Dilandasi oleh Motif yang Positif

Diperbarui: 13 November 2022   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari hubungan dengan manusia lainnya, karena itu manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain, di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antar individu. Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Faturochman (2006) bahwa, tidak peduli seberapa tinggi tingkat kemandirian seseorang, pada saat-saat tertentu dia akan membutuhkan orang lain. 

Namun fenomena di masyarakat menunjukkan banyak hal yang berbeda. Saekoni (2005) menganggap masalah sosial di negeri ini terlalu rumit, salah satunya adalah hilangnya sikap prososial seperti gotong royong, toleransi antar pribadi dan kurangnya kepekaan antar sesama. 

Perilaku prososial adalah salah satu bentuk perilaku yang terjadi dalam kontak sosial, sehingga perilaku prososial adalah tindakan yang diatur atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa memperhatikan motif si penolong. 

Tindakan prososial bersifat sukarela atau lebih di tunjukkan untuk menguntungkan orang lain daripada untuk mendapatkan imbalan materi maupun sosial. Perilaku prososial adalah tindakan yang mendorong seseorang untuk berinteraksi, bekerjasama, dan untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya.

Watson (1984: 272) menyatakan perilaku prososial adalah tindakan yang memiliki konsekuensi positif bagi orang lain, tindakan bantuan penuh yang dimotivasi oleh kepentingan sendiri tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya. Kemudian Kartono (2003: 380) menyatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu perilaku yang menguntungkan yang memiliki unsur kebersamaan, kerjasama, dan kooperatif. Perilaku prososial dapat memberikan pengaruh bagaimana individu melakukan interaksi sosial. 

Sears (1991; 61) memberikan pemahaman dasar bahwa setiap individu bukan hanya makhluk individu yang mampu hidup sendiri, tetapi makhluk sosial yang sangat bergantung pada individu lain. Individu tidak dapat menikmati hidup yang wajar dan bahagia tanpa lingkungan sosial. Perilaku prososial didefinisikan sebagai, ketika seorang individu membantu orang lain, terlepas dari motif penolong, timbul karena adanya penderitaan yang dialami oleh orang lain yang meliputi saling membantu satu sama lain, saling menghibur, pengorbanan, kemurahan hati, dan saling menghargai. 

Menurut Myers (dalam Sarwono, 2002: 328) menyatakan bahwa perilaku prososial adalah keinginan untuk membantu orang lain tanpa memikirkan kepentingannya sendiri. Perilaku prososial dapat diartikan sebagai bagian dari perilaku yang bermanfaat bagi orang lain. Secara spesifik, perilaku prososial meliputi menolong, berbagi, menghibur, dan bekerja sama.

Menolong merupakan suatu respon yang dilakukan untuk membantu pihak lain yang berada dalam situasi negatif. Perilaku menolong dapat dilakukan dalam dua jenis situasi, yakni situasi emergency dan situasi non-emergency. Contoh menolong orang dalam situasi emergency adalah menolong orang yang mengalami kecelakaan. Contoh menolong orang dalam situasi non-emergency  adalah membantu guru membagikan kertas ujian. Kemudian berbagi, perilaku berbagi adalah membagikan sebagian dari sumberdaya yang dimiliki, baik sumber daya material maupun non-material. Contohnya yaitu berbagi makanan, meminjamkan alat tulis atau mainan, dan menyumbangkan sebagian uang saku untuk donasi.

Kemudian Perilaku menghibur, perilaku menghibur merepresentasikan tindakan yang dilakukan untuk membantu memperbaiki suasana hati negatif yang dialami orang lain. Perilaku menghibur tidak memiliki wujud sekonkret perilaku menolong atau berbagi. Meski perilaku menghibur dapat ditemukan sejak masa balita, kemampuan menghibur pada anak-anak biasanya tidak sebaik orang dewasa. Kemudian kerja sama, secara umum perilaku kerja sama diwujudkan melalui upaya sejumlah individu dalam mengoordinasikan aksinya untuk mencapai satu tujuan yang spesifik. Contohnya seperti bekerjasama untuk membersihkan ruang kelas.

Namun apakah kalian tahu meski memberikan manfaat positif, tidak semua perilaku prososial dilandasi oleh motif yang juga positif. Ada dua motif prososial yang pertama yaitu berorientasi pada diri sendiri, yaitu ketika melakukan perbuatan baik (prososial) dengan berlandaskan dorongan untuk memperoleh keuntungan pribadi, seperti menolong agar mendapatkan pengakuan dari orang lain, menolong agar mendapatkan imbalan, ataupun menolong agar terhindar dari konsekuensi negatif yang muncul jika tidak menolong. Kedua yaitu berorientasi pada orang lain, yaitu ketika melakukan perilaku prososial dengan dilandasi oleh rasa kepedulian yang tulus terhadap kesejahteraan orang lain. Jika perilaku prososial dilandasi motif ini, biasanya pelakunya tidak mengharapkan imbalan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial ada faktor bilogis, jadi ada orang yang memang secara genetis suka menolong, kemudian karena faktor kelompok sosial, perilaku prososial seseorang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya, nilai-nilai ini didapatkan dari pembiasaan di kelompok sosial yang mana ia menjadi bagiannya seperti keluarga, agama, tempat tinggal, etnis dan sebagainya. Contohnya kultur desa lebih menekankan perilaku saling menolong daripada kultur kota. Kemudian faktor dari pengalaman bersosialisasi, selama masa perkembangan individu. Seseorang yang oleh orangtua dan gurunya dibiasakan untuk menolong mungkin perilaku prososialnya akan lebih berkembang. Kemudian proses kognitif, seseorang yang lebih mampu menangkap adanya kebutuhan pertolongan di lingkungannya dimungkinkan lebih siap melakukan perilaku prososial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline