Pendidikan telah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap individu pada era yang serba canggih ini. Sederhananya, pendidikan dapat menjadi sarana bagi individu untuk menghindari kebodohan. Semakin berpendidikan maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. Pendidikan merupakan upaya untuk membantu peserta didik dalam melakukan tugas-tugas kehidupan secara mandiri dan juga bertanggung jawab. Pendidikan dalam hal ini juga diartikan sebagai upaya menjadikan peserta didik menjadi yang lebih dewasa.
Pendidikan dan mendidik adalah dua hal yang beriringan. Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik berarti menyalurkan segenap kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar dapat mencapai kesejahteraan setinggi-tingginya sebagai manusia dan anggota masyarakat. Pendidikan juga bukan hanya identik dengan lingkungan sekolah, melainkan dengan lingkungan rumah dan masyarakat. Dalam lingkungan rumah maupun masyarakat, tentunya diajarkan apa itu perkembangan moral, apakah kalian sudah tahu apa itu perkembangan moral? Mari mempelajarinya bersama.
Kata moralitas berasal dari bahasa latin yaitu "mos" yang berarti kebiasaan. Ketika kata "mos" digunakan sebagai kata keterangan atau kata sifat, selalu mendapat perubahan pada belakangnya, sehingga menjadi "morris" yang berarti membiasakan. Adapun kata moralitas adalah kata sifat dari "kebiasaan" yang semula berbunyi moralis. Moralitas berasal dari kata "mos" yang berarti kesusilaan, budi pekerti, atau tingkah laku. Moral berasal dari bahasa latin yaitu sopan santun atau kebiasaan. Perkembangan moral adalah perkembangan yang sesuai dengan kemampuan membedakan perbuatan baik dan buruk, kesadaran berbuat baik, kebiasaan berbuat baik, dan mencintai perbuatan baik.
Menurut Piaget, perkembangan moral terjadi dalam 2 tahap yang berbeda. Tahap yang pertama adalah apa yang disebut Piaget sebagai "tahap realisme moral" atau "moralitas dengan batasan. Kemudian Piaget menyebutkan yang kedua yaitu "tahap moralitas otonom" atau "moralitas dengan kerja sama atau timbal balik". Pada tahap pertama, perilaku anak ditentukan dengan mengikuti aturan secara otomatis tanpa alasan atau penilaian. Mereka menganggap orang tua dan semua orang dewasa yang diberdayakan sebagai mahakuasa dan mengikuti aturan yang diberikan kepada mereka tanpa mempertanyakan kebenarannya. Pada tahap perkembangan moral ini, anak menilai tindakan sebagai "benar" atau "salah' berdasarkan konsekuensi bukan berdasarkan motivasi di belakangnya. Contohnya seperti : suatu tindakan dianggap "salah" karena mengakibatkan hukuman dari orang lain.
Pada tahap kedua perkembangan moral, anak-anak mendasarkan keputusan perilaku mereka pada tujuan yang mendasarinya. Tahap ini biasanya dimulai antara usia 7 dan 8 juga berlangsung hingga usia 12 tahun atau lebih. Antara usia 5, 7 atau 8 tahun, konsepsi anak tentang keadilan mulai berubah. Konsep baik dan jahat yang tidak fleksibel yang dipelajari dari orang tua secara bertahap dimodifikasi. Akibatnya anak mulai mempertimbangkan situasi tertentu yang berkaitan dengan pelanggaran moral. Misalnya berbohong selalu "buruk" untuk anak yang berusia 5 tahun, tetapi tidak selalu "buruk" untuk anak yang berusia lebih besar, karena situasi tertentu membenarkan berbohong. Pada tahap kedua perkembangan moral ini, ketika anak mampu mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah dan alasan tertentu berdasarkan hipotesis dan asumsi adalah tahapan operasi formal Piaget dalam perkembangan kogntif, hal ini memungkinkan anak untuk melihat masalah dari sudut yang berbeda dan mempertimbangkan dan memecahkan faktor yang berbeda.
Sebagai mana Piaget, Kohlberg pula mengembangakan teorinya kedalam beberapa tahap perkembangan. Ada tiga tingkatan penalaran tentang moral, yang pertama yaitu penalaran Prakonvensional menurut Kohlberg, penalaran ini merupakan level terendah dari penalaran moral. Pada level ini, baik dan buruk diartikan dengan reward dan punishment. Kemudian yang kedua yaitu penalaran Konvensional menurut Kohlberg, pada tingkat ini, individu menetapkan standar tertentu, tetapi ditetapkan oleh orang tua.
Pada tahap ini juga orang menilai kepercayaan, kepedulian, dan kesetiaan kepada orang lain sebagai dasar moral mereka. Pada usia remaja seringkali mengadopsi standar moral orang tua , agar dianggap sebagai anak yang baik. Ketiga yaitu penalaran yang berlevel tinggi dari teori Kohlberg. Pada tingkat ini individu menyadari jalur moral alternatif, mempertimbangkan pilihan, dan membuat keputusan berdasarkan kode moral pribadinya. Kontrak atau manfaat sosial dan hak individu.
Pada tahap ini, berpendapat bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih penting daripada hukum. Kohlberg percaya bahwa tingkat dan tahapan ini terjadi secara berurutan sesuai dengan usia. Sebelum usia 9 tahun, sebagian besar anak menggunakan penalaran Prakonvensional. Kemudian di awal masa remajanya, kebanyakan dari mereka bernalar menggunakan penalaran konvensional.
Perkembangan moral tentu sangatlah berpengaruh terhadap lingkungan keluarga, hubungan teman sebaya dan sosial seseorang. Jika memiliki moral yang baik, maka itu pengaruh dari lingkungan keluarga, teman sebaya maupun sosial seorang individu. Jika moralnya buruk pun, itu dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, teman sebaya atau hubungan sosialnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H