Sejak saya kecil hingga dewasa saat ini, transportasi umum yang paling saya sukai adalah kereta api. Alasan konyolnya karena kalau saya naik kereta api, saya tidak akan mengalami mabuk darat. Keadaan saya sama dengan anak kecil pada umumnya, sering mengalami mabuk darat apabila naik transportasi umum dan menempuh perjalanan jauh. Kemungkinan tersebut karena masuk angin, ruang gerak yang tidak cukup luas dan pastinya membuat perjalanan menjadi tidak nyaman.
Akan tetapi lain cerita, ketika saya diajak kedua orangtua saya menempuh perjalanan ke luar kota dengan menggunakan moda transportasi kereta api. Saya sangat antusias. Perjalanan yang sering kami tempuh adalah rute Bandung - Jakarta menggunakan Kereta Api Parahyangan dan kembali ke Bandung menggunakan kereta api pula. Sedangkan rute kedua yang sering kami tempuh adalah rute Bandung - Yogyakarta menggunakan Kereta Api Lodaya. Rute Bandung - Yogyakarta adalah rute favorit saya karena perjalanannya lumayan lama hingga dapat menikmati kenyamanan di kereta api juga cukup lama serta banyak pemandangan indah yang wajib kita lihat. Jadi, saya selalu memilih jam perjalanan yang pagi, agar mata dan jiwa saya terpuaskan untuk melihat pemandangan yang sangat indah tersebut. Hingga suatu kelak, apabila saya masih di Indonesia atau suami saat saya kembali ke Indonesia, pemandangan -pemandangan indah tersebut tetap terjaga dan tetap asri sepanjang masa. Jangan sampai tergantikan oleh gedung-gedung perumahan maupun perkantoran, apalagi penambangan liar.
Suatu waktu, saya memiliki pengalaman yang unik dan menyenangkan ketika saya menempuh perjalanan menuju Yogyakarta. Dalam perjalanan tersebut, gerbong yang saya tumpangi dipenuhi oleh wisatawan mancanegara dari Prancis, Italia dan Belanda. Entah mereka dari satu agen travel yang sama atau suatu kelompok tertentu, entahlah, yang pasti mereka tampak seperti suatu keluarga besar walaupun ada beberapa kewarganegaraan.
Di satu sisi, pada saat itu saya merasakan kondisi dimana saya minoritas di negara saya sendiri namun di sisi lain saya merasakan bahwa saya berimajinasi sedang naik kereta api di salah satu negara di Eropa. Saya hanya bisa tersenyum sendiri saja.
Rombongan wisatawan mancanegara tersebut cukup ramah, sebagian tersenyum dan menyapa dengan katakan, "Hello...!" Sebenarnya saya agak canggung saat itu, karena saya ingin bersikap ramah terhadap mereka dengan membuka percakapan. Namun bahasa yang saya kuasai saat itu hanyalah bahasa Inggris. Kebetulan beberapa diantara mereka ada yang paham dengan bahasa Inggris, termasuk penumpang wisatawan yang duduk di sebelah saya.
Waktu tempuh perjalanan yang cukup lama menuju Yogyakarta kurang lebih sekitar 8 jam perjalanan, terkadang membuat kita lelah dan akhirnya tertidur. Namun berbeda dengan rombongan wisatawan mancanegara tersebut,. Selama perjalanan mereka tidak tertidur, mereka sibuk mengabadikan momen-momen mereka selama perjalanan dan juga menikmati segala pemandangan yang sangat indah yang ada di luar sana. Tampak dari wajah mereka, mereka sangat bergembira. Beberapa juga sibuk pindah dari satu gerbong menuju gerbong lain untuk dapat mengambil gambar-gambar yang bagus menurut versi mereka. Dan ternyata dalam rombongan tersebut, ada pasangan yang sedang berbulan madu. Mereka tampak berbahagia melihat pemandangan tersebut sehingga mereka ekspresikan perasaan mereka dengan berpelukan dan berciuman (berciuman nya biasa saja, kok. Jangan berpikiran terlalu vulgar ya). Saya melihatnya seperti adegan dalam sebuah film.
Dikarenakan melihat kelakuan rombongan wisatawan mancanegara tersebut, saya juga tidak ikut tertidur. Dan ketika makan siang tiba, dan staf kitchen berkeliling untuk menawarkan menu makan siang, mereka juga tetap memilih masakan Indonesia. Ketika itu menu yang ditawarkan adalah nasi goreng dan nasi rames. Dan mereka tampak menikmati hidangan tersebut.
Momen saya naik kereta api bersama rombongan wisatawan mancanegara tersebut tak akan pernah saya lupakan. Bagi saya pribadi, perjalanan yang sungguh menyenangkan.
Setiap perjalanan saya menggunakan moda transportasi kereta api, pasti memiliki cerita tersendiri. Setiap peristiwa dari apa yang saya lihat, saya dengar dan saya rasakan dalam perjalanan tersebut, saya ungkapkan dalam sebuah narasi cerita. Perjalanan yang saya tempuh menuju Yogyakarta memang cukup lama namun itu semua tak membuat saya letih. Semua terbayarkan dengan pemandangan indah yang tertangkap oleh mata, hati, memori serta jiwa saya. Ditambah pula dengan pelayanan yang ramah.
Perjalanan yang jauh membuat saya semakin nyaman dengan tempat duduk yang nyaman dan ruang gerak yang cukup luas sehingga selama perjalanan tersebut, saya dapat melakukan aktivitas yang saya inginkan terutama menulis dengan leluasa. Sejujurnya, perjalanan saya menggunakan Kereta Api Lodaya membuat saya candu, bahkan terlalu candu. Dan saat ini sudah ada kelas ekonomi premium, yang tidak kalah nyaman dengan kelas eksekutif.
Ada satu pengalaman lagi yang berkesan bagi saya ketika menempuh perjalanan perjalanan naik kereta api dari Stasiun Tugu, Yogyakarta menuju Stasiun Jatinegara. Ketika itu sebelum saya hendak pulang ke Bandung, namun sayangnya saya tidak mendapatkan tiket ke Bandung, jadi saya terpaksa naik kereta menuju Jatinegara. Sebenarnya saya dapat memilih moda transportasi lain, namun saya tetap memilih menggunakan kereta api. Ternyata pada saat itu adalah puncak arus balik mudik Hari Raya Idul Fitri, maka jelaslah stasiun sangat penuh sesak dan gerbong kereta yang saya tumpangi penuh sesak bahkan sebagian besar penumpang berdiri dan duduk di lorong kereta. Walaupun saya merasa beruntung mendapatkan tempat duduk, namun bagi saya merasa tidak nyaman dengan dengan keadaan gerbong yang penuh sesak ditambah pula barang bawaan mereka dan berbagai macam aroma tubuh para penumpang. Perjalanan menuju Stasiun Jatinegara akan menempuh jarak yang lebih lama dibandingkan menuju Stasiun Bandung, saya berusaha bersabar dan bertahan dalam perjalanan ini. Di dekat saya duduk, berdiri seorang ibu muda yang sedang menggendong bayinya dan memegang erat anaknya yang masih berusia balita. Sedangkan suaminya berada di sebelahnya dengan membawa barang mereka yang cukup banyak. Kemudian saya menanyakan,