Menjadi tujuan di berbagai negara di dunia, program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau yang sering disebut dengan Sustainable Develepment Goals (SDGs) memiliki banyak sekali agenda di dalamnya. Salah satunya yakni penanganan perubahan iklim (BAPPENAS, 2022). Tema tersebut yang menggerakkan Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Program Studi Hubungan Internasional (HI), Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Jawa Timur (UPNVJT)
yang terdiri dari Januari Pratama Nurratri Trisnaningtyas, M.MECAS, Firsty Chintya Laksmi Perbawani, S.Hub.Int., M.Hub.Int., dan Muhammad Indrawan Jatmika, S.IP, M.A. menggelar pengabdian masyarakat "Children Save the Earth" bagi siswa SD Muhammadiyah Karangturi, Bantul.
Dimensi Lingkungan SDGs 13 dan Urgensi Penanganan Perubahan Iklim
Kembali pada bahasan teoritis, apa yang dimaksud dengan SDGs? SDGs adalah sebuah dokumen biru berisikan 17 komitmen global untuk masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Tantangan yang dihadapi berupa kemiskinan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, degradasi lingkungan, hingga perdamaian dan keadilan.
Pada artikel kali ini, akan lebih berfokus pada SDGs 13 yakni penanganan perubahan iklim. Tujuan SDGs 13 sendiri tidak dapat terpisahkan dari dimensi lingkungan, karena mau tidak mau perubahan iklim diawali dengan rusaknya lingkungan yang ada di bumi. Naiknya suhu bumi, pemanasan global, efek gas rumah kaca, semua berkontribusi untuk terjadinya bencana alam.
Rusaknya lingkungan merupakan tanggung jawab masyarakat yang ada di bumi. Perjanjian Paris di tahun 2015 menjadi langkah awal yang menunjukkan respons global berbagai negara atas ancaman perubahan iklim untuk setidaknya bisa menurunkan suhu sebesar dua derajat Celsius. Semua negara yang tergabung akan menyetujui untuk menangani perubahan iklim,
melalui aliran keuangan dan pendanaan terstruktur, pembuatan kerangka kerja teknologi baru, hingga penyesuaian pembangunan lingkungan yang ditingkatkan (UN Environment Programme, 2018).
Manusia sebagai Agen Perubahan yang Esensial: Tumbuhkan Kesadaran
Menanggapi ancaman perubahan iklim yang tak terkendali, manusia adalah aktor yang paling dibutuhkan untuk secara nyata berkontribusi. Kesadaran dimulai dari level individu dan sedini mungkin. Dimulai dari hal sekecil mungkin, seperti mengurangi sampah plastik dan melakukan daur ulang benda-benda sekitar.
Selain itu, di tataran pemerintah negara, semua harus bergandeng tangan untuk melakukan program dengan orientasi: (1) green transition, yakni segala bentuk investasi harus mempercepat dekarbonisasi semua aspek ekonomi; (2) green economy, yakni membuat masyarakat lebih tangguh dan tidak meninggalkan siapa pun; dan (3) build back together cooperation,
yakni bekerja sama dengan negara lain, karena tidak ada negara yang bisa sukses sendirian (UN Environment Programme, 2018).
Upaya Sosialisasi Sejak Dini: Kegiatan Pengmas di SD Muhammadiyah Karangturi