Seed art atau jika diIndonesiakan berarti lukisan benih adalah suatu kerajinan yang menggunakan berbagai benih untuk membentuk gambar atau lukisan nan elok. Saya berdecak kagum ketika pertama kali melihat lukisan benih yang dipamerkan pada festival Pekan Raya Nusantara (PARARA) 2017 di Lapangan Menteng tanggal 13-15 Oktober kemarin. Tak percaya ketika tahu lukisan-lukisan tersebut tersusun dari benih dan lebih tak percaya ketika tahu pembuatnya adalah santriwan-santriwati berumur belasan tahun.
Adalah Pesantren Ekologi Ath Thaariq Garut yang setahun terakhir ini mengembangkan kerajinan berbasis ekologi yang diberi nama "lukisan benih". Kerajinan ini khusus dibawa oleh Pesantren Ath Thaariq ke PARARA 2017. Bahkan pada hari kedua PARARA, pengunjung diajak ikut serta membuat lukisan bersama dengan santriwan satriwati. Pesantren Ath Thaariq mengembangkan kerajinan ini mempunyai beberapa tujuan yaitu:
1. Mengalihkan perhatian santriwan satriwati dari hp
2. Melatih fokus dan kesabaran karena dalam proses pembuatan lukisan, benih harus ditempel satu persatu
3. Mengenalkan benih-benih lokal kepada generasi muda secara menyenangkan sekaligus sebagai upaya mempertahankan pangan lokal Indonesia
Pesantren "ekologi" Ath Thaariq
Pesantren Ekologi Ath Thaariq, dari penyematan kata "ekologi" menjadikannya berbeda dengan pesantren yang lain. Dengan tujuan menyebarkan pengetahuan pertanian berkelanjutan yang berpandangan pada penyelamatan dan kepedulian terhadap bumi, sesama dan masa depan, pesantren ini didirikan tahun 2009.
Untuk mencapai tujuan, pesantren mengembangkan pendidikan yang berbasis agro ekologi yaitu pendidikan yang mengenalkan kepada lingkungan sekitar pada pentingnya menanam tanpa merusak ekosistem, merawat, memanen, dan memasarkan dengan harga yang adil bahkan melakukan penelitian dan menjadi inventor, sehingga kelak siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang berpandangan pada penyelamatan dan kepedulian pada manusia, bumi dan masa depan.
Dari ekologi menjadi seed art
Santriwan-santriwati pesantren ekologi merupakan siswa-siswi sekolah umum dari jenjang SMP hingga perguruan tinggi yang juga mengaji dan belajar di pesantren. Namun, ketika hari sabtu dan minggu tiba serta hari libur nasional, mereka tak segan untuk turun langsung bertani dan berternak.
Para santri diajarkan mengolah pertanian ataupun perkebunan dengan menggunakan pollinated organic seed (pembenihan benih), yakni mengembangkan benih lokal. Kemudian santri pun dibekali pemahaman tentang membuat pupuk kompos sendiri yang terbuat dari bahan organik dan limbah ternak.