Lihat ke Halaman Asli

Ibu, Jangan Pernah Berpikir "yang penting anak mau makan" (Bagian 2)

Diperbarui: 19 Agustus 2017   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak lahap mengonsumsi mie instan yang rendah gizi (foto dari tribunnews.com)

Salah satu hal yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi adalah pola konsumsi, yang diawali dari balita. Dimana kehidupan balita ini sangat dipengaruhi oleh ibu, oleh karena itu seorang ibu perlu memahami gizi yang dibutuhkan oleh anak sehingga mampu membangun pola konsumsi yang baik. 

Saat ini pola konsumsi tidak lagi berpedoman pada 4 sehat 5 sempurna, tapi pada gizi seimbang. Pola konsumsi 4 sehat 5 sempurna yang baru bisa dikatakan sempurna ketika sudah mengonsumsi susu dinilai kurang tepat dengan perkembangan ilmu dan permasalah gizi  saat ini, apalagi jika kemudian susu yang diberikan kepada anak adalah susu kental manis (SKM) yang komposisinya sebagian besar adalah gula, sementara protein dan mikronutrien lain jumlahnya sangat terbatas.  

Perbedaan mendasar antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah: Konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Berikut adalah gizi seimbang yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan:

  • Gizi Seimbang untuk Bayi 0-6 bulan

Gizi seimbang untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi karena dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan, sesuai dengan perkembangan sistem pencernaannya, murah dan bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus memperoleh ASI Eksklusif yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja.

  • Gizi Seimbang untuk Anak 6-24 bulan

Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat gizi semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi.

Agar mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI), sementara ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan kepada makanan lain, mula-mula dalam bentuk lumat, makanan lembek dan selanjutnya beralih ke makanan keluarga saat bayi berusia 1 tahun.

Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera makan anak selanjutnya, sehingga pengenalan kepada makanan yang beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting. Secara bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24 bulan semakin ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok sebagai sumber kalori. Demikian pula jumlahnya ditambahkan secara bertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam proporsi yang juga seimbang.        

  • Gizi Seimbang untuk Anak usia 2-5 tahun

Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih berada pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi. Demikian juga anak sudah mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk makanan jajanan. Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam mengarahkan anak agar memilih makanan yang bergizi seimbang.

Disamping itu anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan cacingan, sehingga perilaku hidup bersih perlu dibiasakan untuk mencegahnya.

Ibu harus mampu menerapkan pola konsumsi berdasarkan pada gizi seimbang ini, jangan lagi berpikir bahwa "yang penting anak mau makan" tanpa memperhatikan gizinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline