Lihat ke Halaman Asli

Sepasang Sepatu di Hati Kota

Diperbarui: 12 November 2024   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam baru saja turun di jalanan Surabaya yang padat dan hiruk-pikuk, ketika Anthea menutup tokonya yang sederhana di pinggir Jalan Sabang. Di depan kaca toko, ia menatap sepasang sepatu kulit berwarna cokelat tua yang di pajangnya. Sepatu itu tampak begitu elegan dan memikat, hasil kerajinan tangannya selama seminggu terakhir. Bagi Anthea, setiap pasang sepatu yang ia buat memiliki cerita, seperti sebuah titipan takdir yang entah untuk siapa.

Sudah sepuluh tahun Anthea berkutat di toko kecil ini, tempat yang menjadi saksi perjalanannya sebagai pembuat sepatu. Ia masih ingat bagaimana dahulu ia mulai berjualan di emperan jalan, berbekal satu set alat sederhana peninggalan ayahnya. Bertahun-tahun ia berusaha menghidupkan warisan ayahnya yang dulu adalah pengrajin sepatu terkenal di kawasan ini. Kini, meski usahanya tak lagi semegah warisan ayahnya, Anthea bangga karena bisa bertahan dengan keahliannya sendiri.

Saat mengunci pintu, terdengar suara langkah cepat menghampiri dari belakang. Anthea menoleh dan melihat seorang pria bertubuh tegap dengan wajah yang tampak kelelahan.

“Kak Anthea, toko sudah tutup, ya?” suara pria itu terdengar penuh harap.

“Iya, Mas. Saya baru saja tutup. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Anthea sambil memasukkan kunci ke saku.

Pria itu mengangguk. "Nama saya Jayden. Saya dengar dari teman, katanya Kak Anthea bisa buat sepatu custom? Yang tidak ada duanya?”

Anthea tersenyum kecil. “Iya, itu salah satu spesialisasi saya. Mas Jayden butuh sepatu khusus?”

Jayden menghela napas sejenak, seperti menahan rasa malu. "Sebenarnya saya ada interview kerja besok pagi, di perusahaan yang selama ini saya impikan. Dan... sepatu saya rusak. Padahal, ini mungkin satu-satunya kesempatan untuk bisa kerja di sana.”

Anthea memahami situasinya. Sepasang sepatu yang baik bisa memberikan kepercayaan diri yang tak ternilai, apalagi di momen penting. Meski lelah, Anthea merasa hatinya tergugah oleh kisah Jayden.

“Baiklah, Mas. Ayo masuk lagi. Kita lihat apa yang bisa saya buat malam ini.”

Jayden tampak terkejut dan tersenyum lebar, mengucapkan terima kasih berulang kali sambil masuk ke dalam toko. Anthea mempersilakan Jayden duduk di bangku kayu kecil di sudut ruangan, lalu ia mulai mengukur kaki Jayden dengan cermat. Setelahnya, ia mencatat detailnya dan menanyakan warna serta model yang Jayden inginkan. Setelah berdiskusi beberapa menit, Anthea segera tahu apa yang ia buatkan untuk Jayden.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline