Lihat ke Halaman Asli

Ibu

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ibu..sebuah kata tapi punya banyak makna buat kami. ibu bukan saja sebagai pengasuh anak tapi juga kepala rumah tangga sejak bapak kami meninggal 8tahun lalu. Ketegarannya yang sangat membuat kami kagum, tanpa mengeluh tanpa mengharapkan imbalan apapun dia selalu mengasihi kami. Saya ingat sewaktu masih kecil,ibu seorang sosok yang keras. Apalagi saya anak yang paling membangkang..hehehe.. Tapi setelah punya anak, saya baru tahu maksd ibu..memang kadang2 pemahaman butuh waktu yang lama, tapi it`s okey selama belum terlambat.

Bapak ibu selalu mengajarkan k kami arti tentang kemandirian. Bapak yang agak lunak n ibu yang keras. sebuah team work yang kompak menurut saya, saling menyeimbangkan. Masa kecil saya indah, saya bisa menjadi anak yang bebas sebebasnya tapi tetap dalam koridor aturan agama n lingkungan tentunya. Tapi yang sering melarang y tentunya ibu, mungkin ada rasa khawatir liat saya tomboy.hehehe..Kemarahan memang perlu tapi marah yang sesuai kadarnya, pada waktu yang tepat demi tujuan yang benar dan dengan cara yang baik bukanlah hal yang mudah. Ini yang saya pelajari benar-benar dari sosok seorang ibu..

Subhannallah.. Bagaimana saya marah dengan emosi yang meledak-ledak, saat ibu diperlakukan kurang baik dengan keluarga yang lain. Ibu dengan tersenyum," Allah tidak tidur tik, mungkin dari keluarga tidak bisa membantu karena alasan lain. Tapi ada Tangan-TanganNya yang lain yang akan membantu ibu." Ya Allah..Engkau telah anugerahkan seorang ibu yang terbaik. Tidak sempurna memang tapi dia terbaik bagi kami.. Cobaan demi cobaan menghampiri ibu kami, tapi dia dengan langkah tegap membimbing kami..Tapi imbalan apa yang bisa saya berikan k ibu??rasanya saya belum bisa memberikan apa-apa k ibu..T_T

Tahun 2000, ibu kehilangan anaknya yang ke dua saat sedang mengandung adik saya yang no 4. Ibu sempat stress tapi Bapak yang bisa menguatkan hati ibu.

Tahun 2002, bapak yang kami kasihi juga pergi meninggalkan kami. Tapi saat itu Ibu cukup kuat dan menguatkan hati saya..Raih cita-citamu..Jangan pikirkan biaya,Ada Allah yang senantiasa mencurahkan rizkiNya bagi umatnya yang meminta.Tapi apa yang bisa saya berikan k ibu?? saya jarang pulang dengan alasan sibuk kuliah.. Padahal seharusnya saya bisa membantu sedikit beban di pundak ibu. Sedangkan saat itu ibu sedang sakit. Ibu tidak cerita k kami..T_T

Alhamduliilah, Kami mendapatkan figur pengganti bapak yang selama ini kami cari. Beliau sangat sabar dimata kami. Dengan beliau,kami belajar tentang kesederhanaan dan tentunya kesabaran. Saya senang melihat ada binar kebahagiaan di mata Ibu. Puasa tahun kmrn merupakan puasa terakhir kami dengan bapak yang dilalui di rumah sakit..ibu sakit. Tapi ibu sangat sabar dengan penyakit yang dialaminya, begitupun bapak kami, yang sabar merawat ibu.Baru kali ini saya melihat seseorang yang dapat mencintai menyayangi ibu tanpa syarat apa pun. Tahun ini, ibu diuji lagi oleh Allah. Bapak yang kami sayangi pergi menghadapNya. Saya tetap bisa melihat sorot ketabahan dari mata ibu,tidak pernah hilang. Apalgi sekarang ibu masih dalam tahap penyembuhan.

Ini sedkit kisah tentang ibu saya..diluar mash ada ibu-ibu hebat yang menginspirasi anak-anaknya. Luangkan sedkit waktu untuk berkunjung dengan orang tua, sebelum mereka dipanggil olehnya. Orang tua biasanya tidak mengharap sesuatu yang lebih dari anaknya. Hanya perhatian ..hanya itu..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline