Lihat ke Halaman Asli

Tentang Anak, Kita Berdua, dan Rahasia-Nya

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Susan menelungkup sambil sesunggukan. Tanpa melepas high heels, tanpa menyalin pakaian terlebih dahulu. Tasnya pun dibiarkan tergeletak di karpet kamar. Henri tahu, pasti telah terjadi sesuatu di arisan tadi.

“Ada yang nyinggung-nyinggung lagi?” Henri duduk di tepi bed, di samping istrinya. Diusapnya lembut rambut Susan penuh cinta.

“Aku lelah, Mas…. Bu Mervi itu, suka banget nyindir-nyindir!!!” ucap Susan dengan suara serak. “Apa Tuhan sedang mempermainkan kita, Mas? ”

“Tuhan sedang menguji hamba-Nya, Sayang… bukan mempermainkan… Ingat, kita adalah milik-Nya. Bersyukurlah dengan apapun yang diberikan-Nya….”

“Iya, Mas bisa ngomong begitu karena Mas laki-laki! Dalam pandangan masyarakat, yang sering dipersalahkan adalah perempuan… Lihat! Banyak tuh laki-laki yang kawin lagi dengan alasan gak punya keturunan. Padahal belum tentu yang salah itu istrinya…”

[caption id="attachment_206463" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi : www.shutterstock.com"][/caption]

“Lalu kita harus bagaimana lagi? Dengan mengeluh dan protes atas takdir-Nya, apa serta merta jabang bayi itu akan hadir??? Ini urusan kita berdua, aku tak peduli dengan pandangan orang lain...!!!”

Susan terkesiap. Suara sang suami yang biasanya lembut, tadi berubah meninggi.

“Dengar, Sayang…” Henri menatap teduh manik mata istrinya yang basah. “Kita sudah berusaha dan berdoa. Pasrahkan saja semuanya. Ini adalah rahasia Sang Pencipta. Seorang anak memang bisa membawa kebahagiaan dan mengantarkan orangtuanya ke pintu surga. Namun, bila salah mendidiknya, yang terjadi adalah sebaliknya. Percayalah… Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik buat kita…. Ada ataupun tanpa anak, aku sudah sangat bersyukur karena memilikimu…. Jangan berpikiran yang aneh-aneh lagi”

Henri memeluk erat sang istri yang membuncahkan tangis di dadanya. Tiba-tiba terdengar deringan ponsel dari dalam tas Susan. Henri membantu mengambilkan ponsel itu. Setelah mengobrol beberapa menit, sang istri menutup ponselnya sambil menatap dalam-dalam mata Henri.

“Barusan Mbak Rena bilang, anak Bu Mervi diciduk polisi waktu pesta narkoba, Mas. Suami Bu Mervi pun masuk rumah sakit karena serangan jantung dan diantar oleh… istri simpanannya…..” Suara Susan terdengar lirih. Selanjutnya hanya hening yang meraja di antara kedua pasutri yang sudah lima tahun bersama itu. Cukuplah berita tadi menjawab semua.

Sejurus kemudian, Henri menggamit tangan istrinya dengan sebuah kecupan lembut. “Ayo, sekarang kita jenguk suami Bu Mervi, Sayang….”

Senyum manis Susan pun kembali terkembang.

***

*Catatan :

  • Cerpen ini hanya fiksi belaka. Jika ada kesamaan kisah & nama tokoh hal tersebut hanyalah tak kesengajaan semata.
  • Baru belajar FF neh... kalo kurang pendek harap maklum yaaaaaaaaaaaa.....   :P   :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline