Lihat ke Halaman Asli

Disfagia Realita

Diperbarui: 18 Februari 2019   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rintik hujan membawa rindu ke batas kenangan
Membasahi bumi dengan rentetan angan yang pernah kita dambakan
Namun sayang semua angan hanyalah fatamorgama
Siapa kita
Siapa kita
Siapa kita berani mendaga suratan Sang Maha
Aku tak akan pernah menyalahkan keputusanmu memilihnya
Namun kau perlu tahu, isi doaku tak pernah selain namamu
Lalu bagaimana caranya aku bisa lupa jika bayangmu selalu ada
Dan bagaimana caranya aku bisa bangkit jika pesonamu selalu mencekit
Kesalahanku karena terlalu mencintaimu, dan tak ada selain kamu
Harapan lebur di ingatan
Logika tak lagi berdaya
Menepis semua asa, dan ditampar kenyataan-kenyataan hingga pengap
Terimakasih karena pernah memberiku arti, walau kini membuatku mati terbelenggu patah hati
Terimakasih karena pernah memberiku warna, walau kini membuatku hampa diterpa gundah gulana
Terimakasih karena pernah memberiku sedikit bahagia, walau kini membuatku dirundung lara tanpa jeda
Terimakasih pernah ada di hidupku
Terimakasih pernah tertawa bersamaku
Aku tahu ini terlambat, tapi biar kukatakan ini padamu
SELAMAT ATAS PERNIKAHANMU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline