Lihat ke Halaman Asli

Firqah Annajiyah Mansyuroh

Dosen UIN Antasari Banjarmasin

Teori Waktu

Diperbarui: 23 November 2023   06:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teori Waktu

oleh: Firqah Annajiyah Mansyuroh

.

Waktu
.
Detik
.
Menit
.
Jam

Bagi ku waktu hanyalah ilusi tanpa batas yang menyesatkan manusia. Terus bergerak, kata mereka. Tapi aku tidak ingin. Aku ingin berhenti. Bagiku berhenti adalah cara terbaik. Kemarilah. Biar aku ceritakan rahasia dari sang waktu. Biar kau tau bagaimana cara agar tidak terpedaya oleh bunyi detik detik yang melenakan kita.

Waktu adalah sesuatu yang relatif. Cepat atau lambat hanyalah sebuah kata. Detik atau menit hanyalah sebuah angka. Arloji dan jam dinding tidak dapat dipercaya. Otak dan hati tidak lagi berkuasa. Tua dan muda hanya sementara. Karena sang waktu akan terus berkelana.

Pernah suatu hari, saat hati ku masih seputih kapas dan raut wajah ku semanis madu. Aku bertanya pada Ayah ku kapan kami bisa bertemu.  Laut jawa masih terlalu luas bagiku yang sedang menuntut ilmu. Ayah, teriak ku, aku rindu. Tau kah kau apa yang dikatakan Ayah ku? Bersabarlah, bisiknya. Tiga tahun yang singkat tidak akan terasa untuk mu.

Pernah suatu hari, saat senyum ku sudah berwarna merah dan tatapan ku mulai berubah. Aku berkata pada Ayah ku. Tiga puluh hari lagi akan kuarungi langit biru. Tau kah kau apa yang dikatakan Ayah ku? Tenanglah, bisiknya. Satu bulan masih terlalu lama untuk mempersiapkan bekal mu.

Lihat? Waktu hanyalah bayangan dari tongkat tongkat yang berputar. Tidak ada yang pernah tau pasti bilangan dari waktu. Cepat atau lambat hanyalah semu. Tidak aku tidak menggerutu. Aku hanya ingin menyadarkan mu.
.
Hari
.
Bulan
.
Tahun

Bagiku waktu adalah sihir terkuat di alam raya. Bagaimana tidak? Semua orang tunduk kepada waktu. Semua orang mengejar sebuah waktu. Tapi aku ingin berhenti. Berhenti adalah cara terbaik. Kemarilah. Akan ku buktikan salah satu sihir waktu.

Pernah suatu hari, saat hati ku terpengkap dan raga ku terasa genap. Aku bertanya kepada dia yang tercinta. Wahai kakanda berapa lama sudah kita lagu kan rasa, menari diatas hangatnya jiwa, merasuk meledakan gairah asmara? Dia menyebutkan angka yang mustahil. Aku merasa tertipu. Aku tidak ingin berpisah. Waktu, kau terlalu cepat. Aku berteriak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline