Lihat ke Halaman Asli

Firnaa Salimah

MAHASISWA PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Review Film Ketika Berhenti di Sini: Susah Move On karena AI

Diperbarui: 19 September 2023   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film dengan genre romantis sudah menjadi hal yang paling umum di dunia perfilman Indonesia. Salah satu film genre romantis yang diminati tahun ini adalah Ketika Berhenti Disini yang rilis pada tanggal 27 Juli 2023. Saat ini, film garapan sutradara Umay Shahab itu sudah menembus 1,6 juta penonton.

Berbeda dengan kebanyakan film romansa yang biasanya menampilkan banyak adegan romantis antara kedua pasangan tokoh. Film Ketika Berhenti Disini justru menghadirkan kisah cinta yang tragis dan cukup depresif.

 Film ini menunjukkan bagaimana perasaan kematian bisa sangat menghancurkan, membuat orang tersebut terjebak dalam perasaan acuh tak acuh dan ingin berkomunikasi dengan orang yang sudah tidak ada lagi.

Film ini bermula dari pertemuan kedua tokoh yaitu Anindita semesta (Prilly Latuconsina) dengan Ed (Bryan Domani), pertemuan mereka bermula dari sebuah salah paham di sebuah tempat service komputer dan terus berkembang hingga menjalin hubungan percintaan.

Empat tahun setelah mereka bertemu, Ed sudah sukses di firma arsitekturnya sementara Dita masih merintis karirnya. Hal ini membuat Dita merasa minder dan tanpa sadar ia menuntut Ed seperti apa yang diinginkannya hingga memicu pertengkaran diantara keduanya. 

Di tengah konflik tersebut, Ed mengalami kecelakaan mengerikan yang merenggut nyawanya. Kejadian ini membuat Dita merasa tertekan dan bersalah karena sempat bertengkar dengan Ed sesaat sebelum kecelakaan terjadi.

Dua tahun kemudian, Dita berusaha melupakan segalanya tentang Ed dan menjalin hubungan baru dengan teman masa kecilnya, Ifan (Refal Hady). Kemudian, tanpa disengaja Dita mendapatkan sebuah kacamata ‘LOOK’ dengan tekhnologi Augmented Reality (AR) yang bisa menghadirkan sosok Ed, persis sama seperti nyata. Kacamata itu adalah hadiah dari Ed untuk Dita sebelum meninggal. 

Hal itu kembali menggoyahkan keteguhan hati Dita dan mengganggu hubungannya dengan Ifan. Pada awal memakai kacamata itu, Dita merasa syok, dia merasa sosok Ed yang ada didepannya adalah halusinasinya. Namun, seiring waktu berjalan Dita merasakan sosok Ed yang kembali hidup dan memunculkan benih cinta lamanya.

Namun, hal itu tidak berdampak baik pada kehidupan Dita. Dia menjadi sering berbicara sendiri, menganggap program AI yang menghadirkan sosok Ed itu adalah nyata. Dita juga semakin posesif bila ada seseorang yang menyentuh kacamatanya tidak terkecuali Ifan yang merupakan kekasihnya saat ini. 

Pada saat Ifan mencoba meminjam dan menyentuh kacamatanya. Dita selalu berusaha menolak permintaan Ifan. Lambat laun, ifan mulai dibubuhi rasa curiga, dan mencoba mengambil kacamata Dita tanpa sepengetahuannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline