Lihat ke Halaman Asli

Firmus IsalnoNaur

mahasiswa STFT Widya Sasana, merdeka belajar, mahasiswa berintegritas.

Hidup Bersama Maria dan Orang Lain di Tengah Pandemi

Diperbarui: 6 Desember 2021   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku. Demikian ungkapan syukur yang keluar dari bibir Maria ketika bertemu dengan Elisabet. Maria sudah menjadi simbol yang sangat erat dan akrab dalam kaitannya dengan iman umat Katolik. Kehadiran Maria bukan hanya sebagai ibu Yesus atau bunda Allah. 

Dia juga menjadi ibu orang-orang yang percaya pada Allah dan Putra-Nya. Maria memiliki peran penting dalam sejarah perjalanan keselamatan umat manusia, terlebih atas kesediaannya menjadi ibu Yesus. Sebagai ibu Yesus, Maria menegaskan kemanusiaan Yesus dalam kodrat-Nya sebagai Allah dan manusia. 

Dia menjadi teladan yang sejati dan unggul dalam menghayati imannya akan Allah dan janji keselamatan yang diwartakan bagi umat Israel sejak jaman Abraham. Maria menyadari secara sungguh bahwa keselamatan tidak pernah berciri personal, melainkan berkaitan dengan orang lain atau secara sosial. Perhatian dan cinta Maria terhadap sesama ditampakkan dalam hidup dan penghayatan imannya pada Allah.

Maria selalu digambarkan sebagai pribadi yang menyimpan segala perkara di dalam hatinya. Akan tetapi setelah dia mendapat kabar dari malaikat Gabriel tentang dirinya dan saudarinya, Elisabet, kegembiraannya tidak dapat terbendung. Sehingga beberapa hari setelah itu dia langsung berangkat ke sebuah kota di Yehuda untuk menemui Elisabet. 

Demikianlah dia menggirangkan kandungan Elisabet dengan salamnya serta luapan rasa syukur yang lebih dikenal dengan magnificat Maria. Hal ini dikisahkan dengan baik oleh Lukas dalam Injilnya. Maria merupakan pribadi yang sangat peka terhadap situasi orang di sekitarnya. Dia sangat tidak tahan melihat orang lain menderita dan kesusahan. 

Namun tidak hanya berhenti pada rasa simpati saja, Maria turut mencari jalan keluar agar orang menemukan kepastian dan kebahagiaannya. Kisah yang begitu menarik diceritakan oleh Yohanes tentang pesta perkawinan di Kana. Pada pesta tersebut dikisahkan bahwa Maria ada di situ, Yesus dan murid-murid-Nya turut diundang ke pernikahan tersebut. 

Maria hadir lebih dahulu dan mengetahui situasi pesta yang kekurangan anggur. Kemudian dia menghampiri Yesus dan memberitahukan masalah ini. Maria menunjukkan kepekaan dan inisiatifnya untuk meminta Yesus melakukan sesuatu. Walau nampak cetus dengan ungkapan-ungkapan singkat, Maria memiliki kepedulian yang besar bagi sesamanya.

Sosok Maria tidak bisa lepas dari Para Rasul Kristus yang kemudian menjadi tonggak pewartaan Injil ke penjuru dunia. Kisah Para Rasul menuliskan bahwa Maria, ibu Yesus, dan beberapa perempuan serta saudara-saudara Yesus berkumpul bersama sambil bertekun dengan sehati dalam doa. 

Maria seakan menjadi pusat perhimpunan para rasul setelah mereka kembali dari bukit tempat Yesus terangkat ke surga. Selama hidupnya, Maria senantiasa menyadari kuasa Allah yang menawarkan kebahagiaan sejati yang tidak dapat diberikan atau diambil oleh dunia. 

Dia menunjukkan bahwa manusia tidak bisa menjadi penyelamat bagi dirinya sendiri. Sebaliknya, manusia harus mengakui bahwa dia membutuhkan dan tergantung pada kehadiran orang lain. Demikian penyelamatan yang ditawar Yesus tidak hanya terbatas pada umat pilihan Allah, Israel, tetapi bagi segala bangsa.

Hal ini Maria wujudkan dalam persekutuannya dengan Para Rasul Yesus dengan tekun berdoa dan tidak perlu diragukan lagi bahwa Maria juga turut hadir dan berdoa bersama orang-orang yang percaya pada Allah yang dia abdi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline