Lihat ke Halaman Asli

Firmino Botan

Mencoba dengan harapan. Dan berharap untuk terus mencoba

Apa Itu Cinta?

Diperbarui: 27 September 2021   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi

Suatu hari Plato bertanya pada gurunya, Apa itu cinta?" Dan Bagaimana saya menemukannya? Gurunya menjawab: "Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah kamu tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambilah satu ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta."

Plato pun berjalan, dan tidak berapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun. Gurunya bertanya: "Mengapa kamu tidak membawa satu pun ranting?"

Plato menjawab: "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali/berbalik. Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kulanjutkan berjalan lebih jauh lagi baru kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi pada akhirnya tak kuambil sebatang pun."

Gurunya kemudian menjawab. Jadi, itulah cinta.

          Cinta memang indah dan mempesona. Dikatakan indah karena cinta memiliki daya pikat yang mengerakan orang yang saling mencintai untuk bersatu. Mempersona karena cinta membuat kita mampu menerima dia yang kita cintai apa adanya. Kita tidak mempersoalkan kekurangan dan kelemahan orang yang kita cintai. Sebaliknya kita pun di buat semakin mencintainya.

Kisah dalam cerita di atas menyadarkan kita bahwa cinta merupakan sebuah pertualangan yang menuntut kita untuk berani memilih yang terbaik dari semua yang baik dan indah. Akan tetapi, pilihan itu harus dilandaskan pada cinta sebab hanya cintailah yang akan membuat kita setia pada pilihan tersebut. Cinta bukan sekadar pencarian dan penyeleksian. Cinta selalu berkaitan dengan ketetapan hati.

Kisah di atas juga menyadarkan kita arti kesetiaan dari pilihan kita. Kadang kita cenderung berpikir bahwa masih ada yang lebih baik dan indah dibandingkan dari apa yang sudah kita pilih. Kemudian kita mengabaikan dan bersikap acuh tak acuh. Akhirnya kita meninggalkannya dan mencari yang lain. Dengan demikian kita bertindak bukan sebagai aktor cinta melainkan sekadar penikmat cinta. Seorang aktor adalah pembuat kisah cintanya, sementara seorang penikmat hanya sebagai penonton kisah orang lain, dan tidak mampu menghasilkan kisahnya sendiri.

Pesan terakhir dari kisah di atas adalah jangan biarkan seseorang yang sudah ada, bahkan yang sedang berjuang bersamamu saat ini, pergi begitu saja. Sebab kamu mungkin tidak dapat menemukan orang seperti itu. Kamu mungkin mendapatkan yang lebih dari dia, tetapi mungkin tidak sebaik dan perhatian dengan dia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline