30 Oktober yang lalu, saya mendapat tugas liputan ke negeri tetangga, Malaysia. Menghadiri acara peluncuran program kesehatan Malaysia Health Care, saya dijadwalkan berada di sana hingga hari Sabtu. Namun, kami yang berangkat bertiga (dua jurnalis, satu blogger) dari Pekanbaru, memutuskan untuk extend hingga hari Minggu.
Bagi kami yang baru pertama kali ke luar negeri, tentu ini pengalaman yang amat berkesan. Apalagi kami diajak mengunjungi tiga kota berbeda sekaligus. Mulai dari Kuala Lumpur, Melaka hingga Johor Bahru.
Selama mengikuti kegiatan, memang tidak ada permasalahan dan keraguan. Pasalnya, mulai dari akomodasi hingga transportasi telah diatur. Kami hanya duduk manis saja menanti arahan dari panitia pelaksana. Sebagaimana peserta lain dari berbagai kota dan negara.
Diskusi kami bertiga kemudian terjadi cukup alot saat pesawat kami mendarat dari Johor Bahru ke Kuala Lumpur, Sabtu (2/11/2019). Dengan kondisi badan yang letih dan tanpa didampingi pemandu atau panitia, kami bertiga mencari solusi untuk memilih jenis transportasi yang akan kami gunakan dari Banda Kuala Lumpur Internasional ke tempat penginapan.
Sejatinya ada tiga jenis moda transportasi yang tersedia. Yakni Express Rail Link (ERL), Bus atau taksi online. Sembari berjalan ke pintu keluar bandara, kami mengulik dan menimbang setiap moda transportasi itu.
ERL menyajikan perjalanan singkat dan cepat. Jika naik mobil membutuhkan waktu sekitar 60 menit ke pusat kota, tapi dengan ERL hanya sekitar 30 menit saja. Akan tetapi, kami teringat pesan panitia sebelumnya bahwa harga tiket ERL cukup mahal. "Kalau naik kereta api, satu tiket itu saya tahun lalu dikenakan sekitar Rp 400 ribu," kata panitia yang juga berasal dari Indonesia itu.
Sementara Bus, harga lebih murah. Namun, sebagai orang yang baru ke Kuala Lumpur tentu akan kebingungan dimana akan turun. Selain itu, kata panitia, Bus juga cenderung lebih lama. Hampir membutuhkan waktu sekitar 120 menit.
Dengan gawai yang ada di genggaman, kami mencoba menjajal Super App, Grab sebagai alternatif transportasi. Berdasarkan kalkulasi aplikasi, tarif dari Bandara menuju Hotel yang telah kami pesan di Kuala Lumpur hanya sebesar 72,8 RM atau setara Rp 200 ribuan.
Karena kami bertiga, angka tersebut kami bagi tiga. Jadi, masing-masing kami hanya dikenakan sekitar Rp 66 ribu saja. Angka tersebut lantas kami sepakati dan kemudian melakukan pemesanan. Namun sebelum itu, aplikasi Grab meminta identitas pemesan dengan mengunduh swafoto di lokasi.
Setiba di pintu gerbang keluar bandara, kami memantau setiap mobil sedan yang lalu lalang dengan memperhatikan plat nomor. Kurang lebih 10 menit, mobil sedan warna abu-abu itu melintas dan kami menghampiri.
"Hello. Are you my customer wanna go to Sandpiper Hotel?" tanya si pengemudi. "Yes,"jawab kami serentak. Lalu si pengemudi keluar dari mobilnya dan membantu kami memasukkan koper ke bagasi mobil.