Pembiasaan istimewa pada anak istimewa untuk pembentukan karakter istimewa adalah sebuah proses yang melibatkan perhatian, kesabaran, dan komitmen yang kuat dari orang tua, pendidik, dan masyarakat secara luas. Anak-anak dengan kebutuhan khusus memerlukan pendekatan yang terencana dan berkelanjutan untuk membantu mereka mengembangkan potensi mereka secara maksimal.
pemahaman mendalam tentang kebutuhan individu anak istimewa adalah kunci untuk memulai proses pembentukan karakter. Setiap anak memiliki keunikan dan potensi yang berbeda, sehingga penting untuk melakukan penilaian yang holistik dan menyeluruh terhadap kebutuhan mereka. Hal ini akan memungkinkan pendekatan yang tepat untuk membantu mereka berkembang secara optimal.
Konsistensi dan kesabaran merupakan unsur penting dalam pelaksanaan pembiasaan. Pembentukan karakter memerlukan waktu dan konsistensi dalam memberikan arahan, dukungan, dan penguatan positif. Kesabaran dalam memberikan bimbingan dan dukungan akan membantu anak-anak untuk memahami dan mempraktikkan perilaku yang diinginkan.
Dalam hal membangun rasa empati dan tolong menolong, guru dapat menggunakan metode sosiodrama (metode mengajar dengan cara mendramatiskan suatu situasi yang mengandung suatu masalah, agar siswa dapat mencari pemecahan masalah), sebagai contoh guru mengajak siswa untuk bermain gitar dan bernyanyi bersama. Guru meminta tolong kepada siswa untuk mengambilkan gitar di atas lemari, kemudian memainkan gitar. Tak lama siswa tertarik untuk bermain gitar dengan cara memetik gitar meski dipetik secara sembarang, tapi siswa merasa nyaman dan kreatif membuat nada dan lirik sendiri. Kemudian guru merasa kesakitan karena tangannya terluka, ketika guru bertanya apa yang harus dilakukan, tanpa berfikir lama siswa tersebut langsung membawa obat oles dan memasangkan plester ke tangan guru. Tak lupa ucapan terima kasih disampaikan guru karena siswa tersebut telah melakukan hal yang sangat istimewa.
Pembiasaan-pembiasaan sederhana namun istimewa dilakukan di sekolah dan di rumah oleh guru dan orangtua secara rutin. Semua pembelajaran anak berkebutuhan khusus dapat dikaitkan dengan dimensi-dimensi pada profil pelajar pancasila yaitu solat tepat waktu dan berjamaah, menghargai orangtua, guru dan teman, mau membantu orang yang kesusahan, mandiri dalam hal membereskan barang-barang sendiri, dan bertanggungjawab terhadap barang sendiri serta memiliki rasa empati, kritis dan kreatif. Semua dimensi tersebut perlu dipupuk dan dikembangkan pada setiap individu agar kita mendapatkan pelajar Indonesia yang berkarakter, berkualitas dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.
REFERENSI:
Santrock, J. W. (2009). Masa Perkembangan Anak Buku 2 Edisi 11. Jakarta: Salemba Humanika
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H