Lihat ke Halaman Asli

Firman Rahman

TERVERIFIKASI

Blogger Kompasiana

Belajar Watak Entrepreneur dari Pebisnis Warkop

Diperbarui: 31 Mei 2023   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Warung kopi Putri Salju milik Atak di Manggar, Belitung Timur (Sumber gambar: Kompas.com/Heru Dahnur)

Anda sering ngopi? Sering menikmati santai di sebuah warkop sendirian? Coba Anda amati mereka yang berjualan atau berbisnis di warkop tersebut, ada sesuatu yang bisa Anda lakukan, salah satunya, adalah tentang belajar watak entrepreneur dari pebisnis warkop.

Tidak dapat dipungkiri di semua daerah pasti memiliki warkop-warkop tradisional yang unik, dan yang menarik warkop-warkop ini tidak pernah sepi pembeli, dan tetap bertahan di tengah badai pandemi, inflasi, krisis ekonomi hingga ancaman resesi seperti saat ini.

Tulisan ini pun tidak mengarahkan Anda untuk berbisnis warkop atau menjual kopi dengan segala pernak-penik aksesoris kopi dan berbagai bentuk kopi, baik tradisional dan kekinian, namun lebih mengarahkan untuk melihat bagaimana tangguhnya mental dan watak para pebisnis warkop atau warung kopi ini.

Bisnis Sederhana, Namun Bisa Menghidupi

Pada dasarnya, alasan apa sih yang membuat Anda berbisnis? 

Tentu banyak alasan, di tengah semakin berkembangnya ekonomi dan bisnis ditambah pergaulan, hubungan dan komunikasi yang Anda lakukan, tentu Anda tertarik dan memilih bisnis karena ada cuan di balik bisnis yang Anda lakukan. Baru kemudian gengsi atau ingin mencitrakan diri bahwa Anda bisa untuk berbisnis.

Terlepas dari berbagai alasan membangun sebuah bisnis dengn tampilan fisik yang besar dan megah, ternyata hal ini berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, di mana kondisi ekonomi yang mengalami ancaman resesi, daya beli turun dan berbagai hal lainnya.

Namun, diantara berbagai bisnis yang masih tetap berjalan, bisnis warung kopi tradisional dan sederhana ini ternyata masih berjalan. Kebanyakan bila Anda mencoba berbicara mengajak ngobrol si penjual kopi, alasan yang banyak disampikan adalah karena terpaksa. 

Terpaksa tidak ada lagi yang bisa dilakukan, bekerja juga umur sudah menginjak tua, berbisnis dengan berbagai komoditi yang menarik, modal juga tidak cukup.

Ilustrasi warkop tradisional (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Akhirnya pilihannya adalah berusaha menikmati kondisi sambil berbisnis yang bisa dan mudah dilakukan, pada akhirnya konsep memanfaatkan hobi nongkrong berbuah manis dengan membuat sebuah warung kopi sederhana tanpa model yang luar biasa, dan uniknya yang datang pun banyak.

Bisnis Warkop yang Tetap Bertahan di Tengah Ancaman Resesi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline