Lihat ke Halaman Asli

Firman Rahman

TERVERIFIKASI

Blogger Kompasiana

"Puro" adalah Sajian Kue sebagai Perwujudan Permohonan Maaf

Diperbarui: 14 Desember 2022   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kue puro yang siap dinikmati (Foto: Dokumen pribadi)

Indonesia memang gudangnya kuliner tradisional, bahkan beberapa waktu lalu saat jalan-jalan di sebuah pasar minggu pagi, kami menemukan beberapa kue tradisional, seperti lupis, brondong, lemet, cenil dan masih banyak jenis kue tradisional lainnya. 

Diantara berbagai pilihan kue tersebut, Saya tertarik dengan pilihan kue yang dibuat dari tepung beras, yaitu puro. Iseng, saya pun mencoba browsing di internet tentang maksud  dibuatnya kue ini, karena selama ini yang Saya tahu, kue-kue khas tradisional Jawa selalua memiliki filosofi. Dan benar saja, ‘Puro” adalah sajian kue sebagai perwujudan permohonan maaf.

Biasanya dalam penyajian kalau dijajakan di pasar pagi, kalau Anda beruntung maka Anda masih bisa menjumpai kue ini masih dalam bentuk gunungan atau kerucut, baru kemudian dipotong-potong untuk kemudian disajikan di plastik mika.

Puro adalah Kue Tradisional Khas Jawa

Rasanya yang nikmat dengan baunya yang harum memang membuat para pecinta kue sangat menyukai kue tradisional ini. Kue puro adalah sajian kue yang dibuat dari bahan tepung beras. Menurut para penjualnya, kalau ingin membuat kue puro yang enak, kuncinya hanya satu, yaitu gunakan tepung beras yang masih fresh, maksudnya dibuat dari beras yang baru digiling, tentu saja dari beras dengan kualitas terbaik.

Foto: Dokumen pribadi

Menurut penjual kue puro ini, apabila bahan kue puro dibuat dari tepung beras terbaik, maka kue yang dihasilkan juga akan bagus, hal ini bisa dilihat dari tekstur kuenya yang empuk, lembut dan juga aromanya yang harum.

Kue Puro dalam Filosofi Jawa

Kalau Anda pernah mengikuti acara kirim doa untuk orang meninggal dalam masyarakat Jawa, maka Anda akan diberikan sajian kue puro. Ternyata kue puro ini tidak hanya sekedar kue, namun terdapat filosofi dalam proses lahirnya kue ini.

Puro ini berasal dari Bahasa Jawa, yang berarti memohon maaf. Warna putih pada kue puro ini dilambangkan sebagai kesucian, dan warna merah yang bersal dari gula merah diartikan sebagai kesalahan. Dengan warna puth yang mendominasi kue puro ini, diartika sebagai ‘seberapa pun atau sebanyaknya dosa dan kesalahan, maka ampuna Alloh Maha Luas, karena Alloh Maha Pengampun’.

Tertarik menikmati kue puro? Anda bisa mendapatkan kue ini di pasar-pasar tradisional atau di gerai kuliner tradisional yang menyediakan kue tradisioanl ini. Semoga informasi tentang ““Puro adalah sajian kue sebagai perwujudan permohonan maaf” ini bermanfaat dan menambah referensi Anda tentang sajian kue tradisional Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline