Lihat ke Halaman Asli

SDGs, Menyempurnakan Bukan Menggantikan

Diperbarui: 15 November 2017   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Dokumen Pribadi

Jika kita berpikir bahwa Suistanable Development Goals atau SDGs adalah untuk menggantikan MDGs, itu tidak sepenuhnya benar. SDGs yang disepakati September 2015 sejatinya merupakan penyempurnaan dari agenda MDGs sebelumnya dan melanjutkan capaian-capaian yang belum sepenuhnya terealisasi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. 

Lalu bagaimana SDGs sekarang. Apa yang membedakan MDGs dengan SDGs sekarang. Pertama SDGs lebih komprehensif dibandingkan MDGs, yaitu disusun dengan melibatkan banyak negara dengan tujuan yang universal untuk negara maju maupun negara berkembang. Kedua, SDGs lebih memperluas masalah pendanaan, selain sumber pendanaan negara maju kini pendanaan juga bersumber dari swasta. Ketiga, SDGs menekankan pada Hak Asasi Manusia (HAM) sehingga diharapkan tidak terjadinya diskriminasi dalam penanggulangan kemisikinan dalam segala dimensinya. Keempat, Inklusif, yaitu secara spesifik SDGs menyasar kepada yang rentan - no one left behind.

Koordinasi Persiapan Penyusunan Dokumen RAN-SDGs. Sumber : Dokumen Pribadi


Kelima, dalam masalah keterlibatan. SDGs disusun dengan melibatkan seluruh pemangku kepentigan; baik itu pemerintah, Organisasi Masyarakat Sosial (OMS) dan media, filantropi dan bisnis serta pakar dan akademisi yang masing-masing memiliki peran penting. Antara lain; pemerintah mempunyai pernan dalam penetapan indikator, pembuat kebijakan dan program, persiapan data dan informasi yang dibutuhkan, melakukan sosialisasi/diseminasi, komunikasi dan advokasi, money dan pelaporan serta dukungan regulasi dan anggaran. 

Selanjutnya, Organisasi Masyarakat Sosial (OMS) dan media yang mempunyai peran dalam diseminasi dan advokasi kepada publik, memfasilitasi publik dalam masalah program, serta memonitoring dan membangun pemahaman publik terkait SDGs. Berikutnya, dari segi filantropi dan bisnis mempunyai peran dalam advokasi pelaku usaha dan fasilitasi program, peningkatan kapasitas, serta dukungan pendanaan. Terakhir, dari pakar dan akademisi mempunyai peran dalam pemantauan dan evaluasi serta policy paper/policy brief sebagai dasar policy formulation. Sehingga target yang dibuat lebih mengena. 

Selanjutnya, jika pada MDGs hanya menargetkan pengurangan "setengah", SDGs menargetkan untuk menuntaskan segala indikator "Zero Goals", seperti tujuan ke-1 "No Poverty" dan tujuan ke-2 "Zero Hunger". Yang terakhir, SDGs tidak hanya memuat tujuan-tujuan yang ingin dicapai tetapi juga cara pelaksanaan dari SDGs itu sendiri (Means of Implementation). Sehingga, diharapkan tidak adanya kesulitan bagi negara-negara di dunia dalam melaksanakan SDGs hingga tahun 2030 mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline