Aulah sunyi yang diam-diam hanyut
ke tepian rindu, nanar selalu yang kutatap
umpama lidahku tak kuasa menutur
sabda cinta yang kukuh bagai gunung,
sebelum ia rata oleh waktu dan parasmu
yang seharusnya bagai hangat senja
tak kutemui lagi.
Akulah awan pecah yang mengaur
pada bilah langit begitu lapang
menampung kenangan yang tak pernah
benar-benar berakhir menuliskan takdir