Lihat ke Halaman Asli

Sensasi Kerinduan dan Hujan Air Mata di Film "A Man Called Ahok"

Diperbarui: 5 November 2018   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

FILM A MAN CALLED AHOK SIAP TAYANG SERENTAK DI BIOSKOP-BIOSKOP INDONESIA

Jakarta, 5 November 2018, Dalam waktu kurang dari 3 hari lagi, film A Man Called Ahok karya sutradara Jtrama Tuta akan siap tayang. Hal ini terungkap pada acara press screening dan press conference film A Man alled Ahok di Epicentrum XXI, di bilangan Kuningan Jakarta Selatan.

Emir Hakim selaku produser film A Man Called Ahok mengungkapkan rasa syukurnya, bahwa sejak eluncuran teaser-nya di YouTube pada September 2018 lalu, film ini memang mendapatkan cukup banyak perhatian dari masyarakat luas.

Film A Man Called Ahok ini akan diputar secara serentak di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia dan mulai bisa ditonton oleh penonton pada 8 November 2018. Meski begitu, bagi kami kesuksesan utama film dilihat lari banyaknya keluarga Indonesia yang terinspirasi dari menonton film ini, bukan hanya dari banyaknya penonton," ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut pula, sutradara Putrama Tuta menceritakan tentang proses pembuatan film A Man Called Ahok yang terbilang cukup lancar. Sekitar 85% dari pembuatan film ini dilakukan di Gantung, Belitung Timur, dan hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun untuk menyelesaikan film, mulai dari proses diskusi, observasi, hingga eksekusi saat syuting. 

Lebih jauh lagi, ia menggali cerita dari buku karya Rudi Valinka dengan banyak cara. Mulai dari mendatangi Ahok di Mako Brimob, mendatangi rumah keluarga Ahok, orang-orang terdekat di keluarga Ahok, hingga masyarakat sekitar lingkungan rumah Ahok di Belitung Timur demi mendapatkan kedalaman emosi dari setiap tokoh dalam film ini.

Namun dari banyaknya tokoh di dalam cerita, karakter dan drama hubungan antara Ahok dan ayahnya Kim Nam, menjadi fokus utama dari cerita. 

Kim Nam adalah pengusaha tambang di Belitung Timur yang dermawan sekaligus sosok ayah yang jujur dan teguh dalam pendirian. Keteguhan Kim Nam terhadap prinsip hidup yang diyakininya benar sering tidak sejalan dengan keinginan Ahok sebagai anak. Seiring berjalannya waktu, Ahok pun tumbuh menjadi dewasa dan sedikit demi sedikit mulai memahami nilai-nilai yang ditanamkan sang ayah sejak kecil.

"Film A Man Called Ahok ini memang sebuah film drama. Artinya, film ini didesain untuk membuat para penontonnya tersentuh. Di film ini, saya juga menampilkan karakter Ahok dengan jujur namun dari sisi lain yang tidak diketahui oleh orang banyak, yaitu saat ia berada di tengah keluarga," ucap pria yang sering disapa dengan panggilan Tuta ini.

Film A Man Called Ahok sendiri adalah sebuah cerita tentang pembentukan karakter seorang anak yang dimulai dari keluarga. Film ini memiliki 2 latar waktu yang berbeda, sehingga ada 2 aktor untuk setiap tokoh yang dimainkan. Tokoh Ahok dimainkan oleh 2 aktor yaitu Daniel Mananta dan Eric Febrian, seorang putra asli Belitung yang berperan sebagai Ahok kecil. Sementara tokoh Kim Nam dimainkan oleh Chew Kin Wah dan Deny Sumargo sebagai Kim Nam muda.

Film A Man Called Ahok juga didukung oleh Sita Nursanti yang memerankan Buniarti ibunda Ahok, dan Eriska Rein yang berperan sebagai Buniarti muda. Film ini juga mempertemukan aktor-aktor muda bersinar seperti Jill Gladys, Samuel Wongso, Edward Akbar, Albert Halim serta beberapa putra Belitung dengan sejumlah nama aktor dan aktris senior seperti Ferry Salim, Donny Damara, Yayu Unru, Donny Alamsyah, Ade irawan, Dewi Irawan, Ria irawan, Aida Nurmala, dan Arswendy.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline