Anak muda di berbagai era memiliki tantangan yang berbeda-beda, mungkin bagi kalian para aktifis kampus yang sudah melewati dan merasakan masa pergerakan mahasiswa akan melihat "naif" tingkah polah adik-adik mahasiswa kita. Mereka dengan semangat hari ini mencoba meraba-raba dan merekonstruksi kembali fungsi mahasiswa sebagai agen perubahan.
Di acara Mata Najwa dengan tema kartu kuning buat Jokowi terlihat sekali bahwa mahasiswa sekarang punya kendala dalam merefleksikan kembali tuntutan reformasi, narasi-narasi yang digunakan muter-muter, sepertinya mereka kehilangan elan vital nya gerakan perubahan yaitu"memahami tuntutan yang kontekstual dengan hari ini" apa itu? mencerdaskan kehidupan bangsa, menumbuhkan masyarakat yang terbuka dan egaliter.
Kita bisa saksikan Zadditt sebagai ketua BEM UI, penulis akan mengira dapat melihat lagi soe hok gie, hah lupakan itu, penulis mencatat dan mengingat lagi bahwa gerakan mahasiswa sejak 2000 an seperti telah di infiltrasi oleh gerakan semacam ikhwanul muslimin di mesir,meski ini kesimpulan yang agak gegabah tapi kalau kita mikroskop lebih dekat lagi, kecendrungan itu nyata adanya.
Seperti yang kita tahu KAMMI selalu dilekatkan dengan PKS, banyak pengamat mengatakan bahwa warna politik PKS mirip-mirip dengan ikhwanul muslimin dan ada yang lebih ekstrim lagi mirip dengan hizbut tahrir.
Meski zadditt membantah kecurigaan orang akan afiliasinya pada partai dan organisasi tertentu tapi jejak digitalnya sempat ter capture dan ia lagi-lagi membantah hal itu.
Najwa malam itu berhasil mendudukan dua kutub yang bersebrangan tanpa harus memihak salah satunya, dalam hal ini ia berhasil menjadi "media" tapi yang ditangkap malah acara tersebut jadi promo keberhasilan rezim jokowi. meski kesempatan yang sama sudah diberikan tapi rupanya mahasiswa belum menyiapkan data-data yang jadi PR pemerintahan jokowi dan terdengar ucapan nya belibet dan narasi nya muter-muter, terlepas dari gugup dan demam panggung.
Sebagai notes, sebenarnya tantangan bangsa ini yang tertangkap dari acara mata najwa semalam adalah, keterbukaan akses informasi harus mengarah kepada ke valid-an dan keakuratan data agar dapat mendudukan masalah dengan tepat dan benar.
Anak muda dan mahasiswa harus menyuarakan keinginan dan tuntutan yang menjadi peluang dan tantangan nya di masa depan. Pemerintah atau rezim yang berkuasa siapapun itu harus mendorong kemajuan bangsa lebih cepat lagi karena peluang dan tantangan era digital membutuhkan kerjasama smua elemen anak bangsa.
Sebelum kartu kuning berubah jadi kartu merah saatnya setiap kita bekerja dan berusaha, menyelesaikan satu persatu PR bangsa, karena tantangan kedepan akan lebih kompleks dan semakin beragam jadi saatnya kita berperan dibidang nya masing-masing, memberikan yang terbaik dari hidup kita untuk dipersembahkan sebagai amal kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H