Lihat ke Halaman Asli

Ke Mana Lagu Parodi Kita?

Diperbarui: 14 Januari 2018   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Lagu parodi di indonesia menurut catatan penulis dirintis oleh PSP atau pancaran sinar petromaks di era 70an, bisa jadi jauh sebelumnya semisal warkop DKI dan juga benyamin S atau bing slamet, tapi yang bergaung cuma di tangan musisi-musisi asal jakarta seperti PSP. regenerasi nya memang agak tersendat, mengingat bikin lagu yang enak di denger sekaligus lucu membutuhkan kreatifitas yang tinggi.

Di era 90an ada Padiyangan project yang sukses plesetkan lagu-lagu di zaman itu, anda pasti dengan mudah melantunkan "antrilah di loket, untuk beli tiket" sebuah lagu pupoler milik All4oneyaitui can love you like that, dan satu album padiyangan project berisi lagu-lagu parodi dari musisi-musisi dunia yang lagi hits kala itu, albumnya laku keras, pasca padiyangan di lanjutkan project pop, tapi mereka hadir dengan lagu-lagu ciptaan mereka sendiri, karena kita tau setiap lagu ciptaan orang lain harus minta izin penggunaannya ,hak cipta setiap musisi dilindungi undang-undang. maka regenerasi musisi parodi agak susah ditemukan lagi.

Jangan salah, ternyata radio adalah tempat paling asik memparodikan lagu-lagu, sebelum ada ronal suryapraja dan Tike priatna kusuma di acara sarapan seru di JakFM, era 90an ada radio SK yang rutin memparodikan lagu-lagu terkenal, hanya saja format nya berbeda, Kabasha nama grupnya (kalo gak salah singkatan dari kelompok bak sampah) format yang mereka lakukan adalah ngelawak dulu baru resume dari tema lawakan mereka akan di rangkum di sebuah lagu, grupnya memang tak merilis album, hanya terkenal di jakarta, karena jangkauan siaran radio SK memang hanya di DKI jakarta. grup ini hilang tak ada rimbanya lagi, sejak radionya juga bubar di awal tahun 2000. satu personilnya saat ini ada yang jadi stand up komedian.

Barulah tahun 2011-2013 Jak FM mempertemukan Ronal suryapradja dan Tike priatnakusuma di siaran pagi radio tersebut, mereka juga memparodikan lagu-lagu yang hits di era zaman now, seperti lagunya bruno mars That's what i like diplesetkan menjadi dasar alay, animonya cukup sukses, bahkan tak hanya satu lagu, ada beberapa lagu terkenal yang berhasil mereka plesetkan liriknya, uniknya kedua orang ini, mereka membuat lirik dengan rima yang mirip seperti lagu aslinya, jika padiyangan plesetkan liriknya dengan bercerita tanpa perhatikan rima, nah... tike dan ronald lebih canggih lagi mereka melakukannya dengan menyamakan tiap rima sesuai dengan lagu aslinya, jika penasaran mungkin bisa search di youtube atau dengarkan siaran pagi mereka mulai dari pkl 6 pagi sampai jam 10 siang.

Menurut Adrian syarkawi direktur utama JakFM kedepan bisa jadi akan ada videoklipnya dan mungkin akan bisa berkolaborasi dengan musisi yang lain, menurutnya animo pada musik parodi sangat besar, kami pernah buat konsernya yang dihadiri oleh 4 ribu penonton dan di tonton via live streaming sebanyak 12 ribu viewer, wow luar biasa bukan?

Musik parodi bisa mengangkap tema keresahan dan kritik sosial, biasanya tema-tema ini yang akan menyedot banyak perhatian publik, karena saat ini sudah tak ada lagi suara-suara kritis dari seniman-seniman musik kita, sejak kelahiran nya memang musik parodi menyuarakan protes, mungkin kita harus napak tilas di era warung kopi prambors, gruop PSP, padhiyangan project, Musik Humor radio SK sampai pada era sekarang yaitu Ronald dan tike,barulah kita menyadari bahwa dengan humor dan bercanda setiap hal yang serius dan mengandung protes akan lebih bisa diterima ke alam bawah sadar ketimbang menyebarkan ujaran kebencian dan Hoax. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline