Lihat ke Halaman Asli

Selamat Datang di Jurnalisme "Mata Keranjang"

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1421567928742428186

[caption id="attachment_346811" align="alignnone" width="600" caption="Sumber Gambar @remotTV"][/caption]

Akhir-akhir ini media sosial kita di warnai oleh pemberitaan yang sedikit meng-ganggu nalar kita sebagai pembaca, suguhan berita tak jauh-jauh dari keindahan fisik seorang perempuan tak sedikit kekaguman pada ketampanan laki-laki, yang jadi pertanyaan layak-kah hal tersebut di naikan sebagai sebuah pemberitaan?

Mungkin anda sebagai pembaca pernah bertemu dengan berita tentang penjaga loket yang cantik atau tukang parkir yang ganteng yang menyedot perhatian sosial media, atau Cerita SPG yang mirip artis terkenal, lalu pemberitaan tersebut menyebar secara massive dan di share oleh ribuan akun sosial media, maka jadilah "BOOM" selebritis dadakan telah lahir dari upaya mengejar traffic /kunjungan web, dan bisa jadi dengan cara tersebut akan jadi pendapatan Ads, dan seperti itulah mencari uang di dunia maya.

Setelah pola nya dapat di tebak, tak berapa lama muncul lagi pemberitaan yang lebih di kembangkan ke aras seks dan pornografi yang akan lebih banyak menyedot perhatian penghuni sosial media hanya untuk menarik sebanyak mungkin traffic web dan berujung fulus tanpa mau memperdulikan rusaknya moral generasi bangsa, maka lahirlah Teroris-teroris bisnis media sosial yang tak mau peduli dengan masa depan pengguna sosial yang masih belia.

Demi traffic web banyak bermunculan berita-berita yang memecah belah persatuan, seperti yang kita alami pada masa kampanye pemilu president tahun lalu, belum lagi ada yang menggunakan sentiment ke agamaan demi mencari ribuan "like" dan traffic comment, tak berapa lama lagi ruang publik seperti internet akan menjadi hutan belantara dimana yang kuat memangsa yang lemah.

Di facebook misalnya, kalau postingan anda banyak di "like" maka harga halaman tersebut akan mahal, dan tawaran iklan berdatangan, jika anda adalah orang yang pandai memainkan isyu, maka anda akan sukses memanfaatkan ini, atau di facebook anda pernah ada postingan "Katakan"like"atau amin jika doa anda ingin di ijabah. atau mungkin anda pernah share atau komen artikel-artikel penghinaan pada agama tertentu atau isyu pecahbelah lainnya, apalagi di dukung oleh rekayasa photoshop, dan anehnya banyak yang percaya,... ck ck ck.

Jika halaman anda banyak menuai "like" dan komen maka facebook akan menelpon pemilik akun populer tersebut dan izin memasang iklan, maka ia dapat uang, dan menikmati kegaduhan orang lain atas artikel-artikel sembrono nya, mulai hari ini ada baiknya kita juluki orang-orang ini adalah teroris-teroris dunia maya yang perlu di kecam dan mau menghentikan perbuatan ini. ia mendapat keuntungan sementara kita bertikai sesama anak bangsa.

Mulai detik ini sebaiknya kita sebagai penghuni sosial media lebih selektif me "like" dan komen apapun yang kita anggap menarik, jaga persatuan antara kita, dan pantau terus media-media yang menyuguhkan "jurnalisme mata keranjang. Wasalam From Official twitter @Firman2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline