Lihat ke Halaman Asli

̶Berkunjung ke Rumah Nenek

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selalu saja. Lagi-lagi malam minggu dilalui Jason dengan tanpa acara berarti. Dia masih jomblo. Bayangkan, seorang Jason, salah satu pimpinan sebuah perusahaan swasta di Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan namanya. Umurnya masih muda, baru 24. Dari segi penampilan, dia cukup atraktif. Dan itu bukan hanya kata ibunya saja. Badannya tinggi, kulitnya putih, wajahnya cukup terawat, rambutnya disisir rapi ke samping. Kalau artis kayak Dude Herlino lah. Dan dia tidak merokok. Aww... cocuit banget ciihh..

Tidak sedikit wanita yang tertarik padanya. Suatu saat dia membeli rokok ke warung sebelah bengkel H. Burhan. Loh katanya tidak merokok? Tenang bung, itu rokok buat bapaknya. Ooo.. Anyway, meskipun baru bangun tidur, dengan menggunakan kaos sangsang warna putih serta celana boxer motif “I Love Mom” dia pernah digoda si ibu penjaga warung, sebut saja namanya Mawar.

Ceritanya dia mau membeli rokok Gentong dua batang. Jason memanggil Ibu Mawar, “Bu... rokoknya dua batang bu..” Tiba-tiba Ibu Mawar menyingkap ciki yang bergelantungan di depannya, menampakkan wajahnya yang tampak tua dan lelah seraya berujar, “Hai tam..paaan..” sambil tersenyum geli-geli basah. Awalnya Jason kaget juga. Spontan dia melihat ke sekeliling warung dan gang. Mencari kamera-kamera tersembunyi. Tapi itu semua hanya ilusi. Berarti benar si Ibu Mawar menggoda dia.

Di lain kesempatan Jason pulang dari kantornya dengan menggunakan angkot. Dia duduk di samping pak kusir supir. Sekilas dari kaca spion dia bisa melihat sesosok makhluk yang cukup cantik yg duduk di belakang supir. "Cucok juga cyyyn", kata Jason dalam hati. Tak disangka ternyata mereka turun di tempat yang sama, pengkolan depan Toko “Laris”. Setelah turun tadinya dia mau langsung masuk gang saja. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara. Si makhluk cantik tadi menepuk bahu Jason dari belakang. Kaget, sedikit penasaran dan agak senang serta ge-er, Jason menoleh saja dengan pura-pura tenang dan ekspresi wajah rata-rata air. Si cantik pun berkata, “Punya api mas?” dengan suara menggelegar. “An....jrit” jerit Jason dalam hati. Lekong nek.. Tanpa sadar celananya terasa hangat-hangat tai ayam, ternyata dia boker di celana. Saking kagetnya. Luar biasa! Akhirnya ia pun lari tunggang-langgang masuk gang.

Yang terakhir kemarin, ketika akan berangkat ke kantor. Ada segerombolan cewek anak SMP di ujung gang. Jason pun lewat saja dengan santai. Setelah dia sedikit menjauh dari ujung gang, sayup-sayup terdengar suara anak-anak SMP tersebut, “Me..rah..!” kompakan. Ada juga yang bilang “Prikitiewww”. Heran juga dia. Anak-anak jaman sekarang tidak tahu sopan santun. Menggoda orang dewasa. Mungkin akibat pergaulan bebas pikirnya. Dia pun sampai di kantor. Anehnya, teman sekantornya pun menggoda dia dengan ucapan, “Me..rah..!” tadi. Dia pun mulai memperhatikan penampilannya sendiri. Dia mengenakan kemeja putih. Celana katun warna hitam. Sepatu juga warna hitam. Bahkan rambutnya pun kini hitam setelah dicat dengan Top Lady, karena mamanya pake juga. Tapi ketika dia menoleh ke belakang. Ternyata eh ternyata G-string-nya yang berwarna merah kelihatan. OMG.

Ya. Mungkin wanita yang menyukai Jason baru ibu penjaga warung saja. Tapi kenapa ya? Padahal saat SMA dia pernah punya pacar walaupun “hanya” anak penjaga sekolah. Bahkan dia punya selingkuhan, juga anak penjaga sekolah, tapi sekolah sebelah. Tapi selebihnya tidak ada lagi.

Lalu apa? Apakah karena dia hanya pimpinan OB di kantornya? Apakah karena nama aslinya Muhamad Yasin? Apakah karena dia tidak benar-benar tampan sesuai kriteria tes kecantikan yang pernah dimuat oleh akun twitter @kompascom*? Atau karena dia terlalu banyak memilih, ingin punya pacar yang namanya Ani atau minimal Rika?

Entahlah. Ini semua masih merupakan sebuah misteri. Jason pun hanya bisa meringis jika malam minggu datang dengan ditemani gitar tuanya—berhubung dia tidak punya piano. Padahal seperti kata H. Rhoma Irama,

Anak perawan jangan menangis
Anak perawan jangan menangis
Kalau menangis, kalau menangis, kalau menangis
Kan tumbuh kumis

(H. Rhoma Irama – Merajuk)

Jason tidak berkumis dan tidak mau menumbuhkan serta memelihara kumis, layaknya Jason yang ada di sinetron “Inikah Rasanya”. Tapi dia tetap saja meringis sambil main gitar tiap malam minggu.

Lalu, bagaimana dia bisa dapat pacar kalo begini terus? Ngapain dia disekolahin tinggi-tinggi, kalo cuman jadi supir. Katanya sih dia akan terus mencoba. Lain kali dia akan bergelantungan di luar (hang out) ke tempat-tempat yang asik. Siapa tahu ada yang nyantol. Yakin? Iya kali. Dan penonton pun ragu...

Bersambung..

*http://female.kompas.com/read/2014/05/05/1546078/Jangan.Kepedean.Merasa.Cantik.kalau.Belum.Lulus.Tes.Ini?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Ktswp

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline