Title: The Clinic
Year : 2010 Genre: Horror/Thriller
Duration: 1 hr 34 mins Directed by: James Rabbits Written by: James Rabbits Starring: Tabret Bethell, Andy Whitfield, Freya Stafford, Clare Bowen
Fright Rate : *** (3/5)
The Clinic (2010) : Alternatif Tontonan Horor Yang Original
Saat Hollywood sedang seru-serunya ber-euphoria dalam merilis film-film horror berbasis mockumentary (film dokumenter bohongan) ala Paranormal Activity dan kawan-kawannya belakangan ini, muncullah alternatif tontonan horror bernama The Clinic yang cukup layak dipertimbangkan, meski agak terlambat. Film horror buatan Australia ini seakan mampu memberikan “angin segar” di tengah penatnya tontonan mockumentary horror movie yang bagi saya, cepat membuat bosan dan jenuh. Mohon maaf sebelumnya jika saya terlalu memojokkan para penggemar film mockumentary horror karena ini hanyalah masalah selera saja. Saya bukan benci mockumentary horror movie, tapi bagi saya, reality show tentang uji nyali di tempat-tempat angker pelosok Indonesia yang masih tayang secara rutin tiap minggu di salah satu televisi swasta, masih lebih enak ditonton dibandingkan dengan mockumentary horror movie bikinan Hollywood. The Clinic disutradari dan ceritanya juga ditulis oleh James Rabbits. Aktor dan aktris yang terlibat dalam film ini juga masih asing di telinga saya karena jarang sekali saya nonton film buatan Australia.
Setting waktu The Clinic adalah sekitar akhir tahun 1970-an, dimana teknologi tes DNA masih belum ada dan berkembang seperti sekarang (tulisan itulah yang terbaca saya saat awal film). Seorang pria bernama Cameron (Andy Whitfield) dan tunangannya Beth (Tabret Bethell) yang sedang hamil tua sedang dalam perjalanan melintasi sebuah jalan negara di Australia yang sepi untuk merayakan Natal bersama keluarga Beth. Di tengah perjalanan, mobil mereka nyaris ditabrak oleh sejenis ambulan. Karena takut kemalaman dan Cameron juga iba melihat kondisi Beth yang masih shock setelah nyaris mengalami kecelakaan , pasangan ini akhirnya memutuskan untuk menginap di sebuah motel yang terletak di sebuah kota kecil bernama Montgomery nan sepi dan hanya dikelilingi oleh gurun pasir.
Karena malam harinya tak bisa tidur, Cameron memutuskan untuk keluar kamar sebentar, meninggalkan tunangannya yang sedang tertidur lelap, sekedar mencari makanan dan minuman ringan. Tetapi sial bagi Cameron karena tempat menjual makanan di kota tersebut sudah tutup dan mobilnya juga kehabisan bahan bakar. Cameron akhirnya jalan kaki kembali ke motel. Alangkah kagetnya Cameron saat kembali ke kamar ternyata tunangannya sudah lenyap tanpa jejak. Cameron memutuskan untuk memanggil polisi dan akhirnya polisi tersebut meminta keterangan dari pemilik motel. Seperti biasa dalam film-film horror lainnya, pemilik motel tidak tahu menahu tentang hilangnya Beth, tapi Cameron tidak percaya dan menuduh pemilik motel terlibat dalam hilangnya Beth. Polisi akhirnya malah menahan Cameron karena telah mencoba menyerang pemilik motel.
Bethterbangun di sebuah bathtub berisi es dan mendapati perutnya tidak lagi hamil serta ada bekas jahitan operasi Caesar. Beth sadar bahwa bayinya telah diculik dan berusaha mencari keberadaannya, tetapi karena bekas lukanya belum sembuh benar, akhirnya dia pingsan dan ditolong oleh 3 orang perempuan lain yang juga menjadi korban penculikan seperti Beth. Akhirnya 4 perempuan ini bahu membahu mencari keberadaan bayi mereka sekaligus mencari tahu apa tujuan sebenarnya penculikan mereka. Setelah bayi-bayi mereka ditemukan, timbul masalah baru, bagaimana cara mengetahui bayi mereka masing-masing ? Di tengah pencarian, keempat perempuan tadi juga masih harus menghadapi seorang pembunuh yang selalu mengancam nyawa mereka.
Ada hal berbeda yang ditemukan saat menonton The Clinic. Jalan cerita dari film ini dapat dikategorikan original, meski temanya sendiri sudah banyak diadopsi oleh berbagai film horror maupun thriller. Pada pertengahan cerita, film ini berubah drastis menjadi suatu film gore (banyak adegan berdarah-darah), tapi nuansa film yang suram dan dingin masih dapat terjaga dengan baik hingga akhir film. Penonton juga seakan diajak untuk ikut berpikir memecahkan misteri penculikan ibu-ibu hamil ini, meski akhirnya akan tertebak juga tujuan penculikan tersebut. Belum lagi tambahan twist dengan hadirnya pembunuh di tengah-tengah ibu-ibu muda ini saat pertengahan film serta misteri angka romawi di baju mereka, semakin membuat penonton menjadi penasaran dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Film ini juga diakhiri dengan ending yang boleh dikatakan cukup brilian dan hampir tak terduga. Meski masih banyak plot hole dan scene yang janggal sepanjang film, tetapi jalan cerita yang apik plus twist yang jenius, dapat menutupi hal tersebut.
Harapan saya terhadap The Clinic ini adalah semoga tidak dibuat remakenya oleh Hollywood (apalagi ditiru oleh KK Dheraj dan Nayato, lalu diganti judulnya jadi Arwah Bayi Kesurupan) agar orang tidak segera lupa akan keseruan menonton film ini. Secara umum, bagi penggemar film horror, mungkin akan ditemukan nuansa yang berbeda saat menonton film ini, meski dosis horornya sendiri boleh dibilang cukup rendah. Sedangkan bagi penggemar drama, film ini juga menarik untuk disimak karena tema tentang perjuangan seorang ibu yang berusaha mendapatkan kembali anaknya sangat menarik dan sangat menyentuh. Salut untuk kerja keras James Rabbits dan seluruh krunya, anda memang layak dapat PERTAMAX….eh…..BINTANG…
PROS :
jalan cerita yang apik; nuansa filmnya cukup creepy dan suram; sedikit adegan gore; twist yang cerdas; ending yang cukup brilian.
CONS :
tema yang tidak original; plot hole dan scene janggal yang bertebaran sepanjang film.
see more movie reviews in http://the-phobia.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H